Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Poin-Poin Pidato Powell di Jackson Hole yang Gairahkan Pasar di Awal Pekan

Jerome Powell membuka peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada September 2025, memicu optimisme pasar meski inflasi dan ketenagakerjaan masih jadi perhatian.
Aprianto Cahyo Nugroho,Lorenzo Anugrah Mahardhika
Senin, 25 Agustus 2025 | 08:30
Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington, DC, Amerika Serikat pada Rabu (18/6/2025). / Bloomberg-Kent Nishimura
Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington, DC, Amerika Serikat pada Rabu (18/6/2025). / Bloomberg-Kent Nishimura
Ringkasan Berita
  • Jerome Powell membuka peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan FOMC September 2025, memicu optimisme pasar modal.
  • Powell menyoroti risiko pelemahan pasar tenaga kerja dan dampak tarif impor terhadap inflasi, yang memerlukan penyesuaian kebijakan moneter.
  • Pasar saham Asia dan harga emas menguat merespons potensi penurunan suku bunga, sementara pasar swap memperkirakan peluang besar pemangkasan pada bulan depan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Dewan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell membuka ruang pemangkasan suku bunga pada pertemuan FOMC pada September 2025 mendatang.

Pidatonya dalam simposium ekonomi Jackson Hole, Wyoming, Jumat (22/8), memicu gairah di pasar modal dan meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral AS akan segera melonggarkan kebijakan moneternya.

Powell menegaskan, meski inflasi masih membayangi, tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja memberi alasan bagi The Fed untuk mempertimbangkan penyesuaian kebijakan.

“Namun, dengan kebijakan berada di wilayah restriktif, prospek dasar dan perubahan keseimbangan risiko dapat memerlukan penyesuaian kebijakan," ujar Powell dikutip dari Bloomberg, Sabtu (23/8/2025).

Pernyataan Powell muncul ketika pejabat The Fed terbelah soal waktu dan langkah penyesuaian kebijakan dalam beberapa bulan mendatang. Sebagian menilai pasar tenaga kerja masih tangguh, sementara yang lain memperingatkan tanda-tanda pelemahan awal bisa berkembang menjadi perlambatan signifikan.

Risiko Pelemahan Tenaga Kerja

Dalam pidatonya, Powell menggarisbawahi keseimbangan “tidak biasa” yang kini terjadi di pasar tenaga kerja. Menurutnya, perlambatan tajam terjadi di sisi pasokan maupun permintaan tenaga kerja. Data ketenagakerjaan Juli memperlihatkan pertumbuhan lapangan kerja beberapa bulan terakhir lebih lemah dibandingkan laporan sebelumnya.

“Situasi yang tidak biasa ini mengindikasikan risiko pelemahan ketenagakerjaan meningkat. Jika risiko itu terwujud, dampaknya bisa cepat dalam bentuk PHK besar-besaran dan lonjakan pengangguran,” jelas Powell.

Inflasi dan Tarif Trump

Meski mengakui risiko pasar tenaga kerja, Powell tetap menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap inflasi. Ia menyoroti kebijakan tarif impor Presiden Donald Trump yang dinilai mulai berdampak pada harga konsumen.

“Efek tarif pada harga konsumen kini jelas terlihat, meski diperkirakan bersifat sementara. Namun, tekanan harga akibat tarif bisa memicu dinamika inflasi yang lebih bertahan lama. Itu adalah risiko yang perlu dinilai dan dikelola,” kata Powell.

Reaksi Pasar

Pidato Powell segera mengubah ekspektasi pasar. Investor meningkatkan taruhan bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan memangkas suku bunga pada pertemuan 16–17 September.

Sejumlah ekonom papan atas juga mempercepat proyeksi pemangkasan. Ekonom dari Deutsche Bank, Barclays, dan BNP Paribas kini memperkirakan langkah tersebut akan diambil bulan depan.

James Bullard, mantan Presiden The Fed St. Louis, menyebut pidato Powell sebagai sinyal paling tegas menuju pemangkasan. “Powell menyoroti laporan tenaga kerja terbaru yang sangat lemah, jadi saya kira itu sudah hampir pasti,” ujarnya.

Tekanan Politik dari Gedung Putih

Pidato Powell berlangsung di tengah tekanan politik besar dari Presiden Trump. Orang nomor satu di AS itu berulang kali mendesak bank sentral menurunkan biaya pinjaman dan menuding The Fed terlambat merespons perlambatan ekonomi.

“Kami menyebutnya ‘terlambat’ bukan tanpa alasan,” kata Trump usai pidato Powell.

Lebih jauh, Trump juga meningkatkan tekanannya kepada pejabat The Fed dengan menyasar Gubernur Lisa Cook. Ia menyatakan akan memecat Cook jika tidak mengundurkan diri, setelah muncul tuduhan pemberian informasi palsu dalam pengajuan dua KPR.

Cook, yang turut hadir di Jackson Hole, menegaskan tidak berniat mundur. Powell sendiri tidak menyinggung isu tersebut dalam pidatonya, dan memilih tidak membuka sesi tanya jawab.

Perubahan Kerangka Kebijakan

Selain memberi sinyal arah suku bunga, Powell juga mengumumkan revisi kerangka kebijakan moneter jangka panjang The Fed. Beberapa poin utama dalam perubahan ini antara lain:

  • Menegaskan kembali perubahan tahun 2020 bahwa bank sentral tidak otomatis menaikkan suku bunga hanya karena tingkat pengangguran rendah.
  • Menghapus frasa bahwa keputusan akan dipandu oleh “kesenjangan dari tingkat maksimum ketenagakerjaan.”
  • Menambahkan bahasa baru bahwa ketenagakerjaan bisa berada di atas penilaian real-time tanpa harus memicu risiko inflasi.
  • Menegaskan kembali target inflasi 2% serta pentingnya menjaga ekspektasi inflasi tetap stabil.
  • Mencabut strategi 2020 yang memperbolehkan inflasi di atas target untuk mengompensasi periode inflasi rendah, sekaligus menghapus pernyataan bahwa suku bunga rendah adalah “ciri khas lanskap ekonomi.”

Powell menegaskan, perubahan tersebut bukan berarti meniadakan kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan. “Revisi 2020 tidak dimaksudkan untuk selamanya meniadakan potensi kenaikan suku bunga jika pasar tenaga kerja menguat dan berpotensi mendorong inflasi,” tegasnya.

Diane Swonk, Kepala Ekonom KPMG, menilai langkah ini memberi The Fed fleksibilitas lebih besar menghadapi kondisi ekonomi pascapandemi yang cenderung lebih fluktuatif dibanding periode sebelumnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro