Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Hubungan Dagang Indonesia-AS Lanjut ke Level Berikut

Indonesia tengah membahas kemungkinan peningkatan hubungan dagang dengan AS pasca-kunjungan Wakil Presiden AS Mike Pence pekan lalu.
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence, di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (20/4)./Reuters-Dita Alangkara
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence, di beranda Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (20/4)./Reuters-Dita Alangkara

AKARTA—Indonesia tengah membahas kemungkinan peningkatan hubungan dagang dengan AS pasca-kunjungan Wakil Presiden AS Mike Pence pekan lalu. 

Saat ini, Indonesia dan AS sudah memiliki kemitraan di bidang perdagangan dan investasi tapi dengan cakupan yang lebih luas dan belum spesifik. Kerja sama itu tertuang dalam Trade and Investment Framework Agreement (TIFA), yang ditandatangani kedua negara pada Juli 1996.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perundingan Perjanjian Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Iman Pambagyo mengatakan pihaknya masih melakukan pembahasan mengenai peningkatan hubungan dagang yang lebih erat. “Sedang dibahas, belum sampai kesimpulan,” ungkap dia kepada Bisnis, Senin (24/4).

Namun, Iman tidak menjelaskan sektor perdagangan apa saja yang turut dibahas. Dia hanya menyatakan pembahasannya dilakukan secara lintas sektoral. 

Kajian tentang kemungkinan penguatan kerja sama dagang dengan AS tidak termasuk dalam rencana pendekatan serta penyusunan perjanjian dagang dengan 16 negara potensial. Enam belas negara itu tersebar di Afrika, Timur Tengah, dan Eurasia, di antaranya melibatkan Afrika Selatan, Nigeria, Kenya, Bangladesh, Pakistan, dan Mesir.

Berdasarkan data Kemendag, Indonesia mencatatkan surplus US$8,4 miliar dalam neraca dagang dengan AS pada 2016. Angka tersebut 25,29% lebih tinggi dari surplus setahun sebelumnya yang senilai US$8,64 miliar.

Tahun lalu, nilai ekspor Indonesia ke Negeri Paman Sam mencapai US$16,14 miliar atau tumbuh 2% dari pencapaian 2015 yang sebesar US$16,24 miliar. Adapun impor dari AS menyusut 10,46% menjadi US$7,29 miliar dari posisi 2015 yang sekitar US$7,59 miliar.

Ekspor utama Indonesia di antaranya TPT, alas kaki, dan komoditas seperti sawit dan turunannya. Adapun produk yang diimpor misalnya peralatan elektronik, peralatan permesinan, otomotif, serta produk teknologi informasi.

Dihubungi terpisah, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menuturkan kerja sama perdagangan bilateral dengan AS sangat penting bagi Indonesia. “Supaya kita tidak tertinggal dengan Vietnam kita harus segera maju dengan perjanjian bilateral yang konkrit,” tegas dia.

Perjanjian dagang bilateral Vietnam dan AS disebut memberi keuntungan besar bagi kinerja ekspor negara Asia Tenggara itu, salah satunya di sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).

Menurut Kadin, selama ini Indonesia surplus di perdagangan barang terutama dari hasil ekspor komoditas. Sementara itu, AS lebih banyak surplus di bidang perdagangan jasa.

Dalam hal investasi, sektor energi dan infrastruktur menjadi fokus AS di Indonesia. Selain itu, industri kreatif seperti teknologi informasi dan perfilman di Indonesia juga turut menjadi perhatian. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anissa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper