Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan konsumsi bahan bakar minyak jenis premium sejak Januari 2017 dinilai tidak setinggi tahun lalu karena selisih harga yang semakin kecil.
Direktur Pemasaran Pertamina Muchamad Iskandar mengatakan di tahun ini perubahan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis gasolin premium ke pertalite dan pertamax tak sebesar tahun lalu.
Sebagai gambaran, pada 2015 rata-rata konsumsi harian premium sebesar 77.000 kilo liter (kl). Volume konsumsi premium kemudian turun menjadi 35.000 kl ketika pertalite dan pertamax muncul. Per 21 Mei, konsumsi premium 53.456 kl.
Menurutnya, hal itu dikarenakan perlambatan ekonomi dan turunnya jumlah kendaraan baru yang beroperasi. Selain itu, dari sisi harga selisih harga jual premium dibandingkan dengan pertalite dan pertamax hanya sekitar Rp800 per liter.
Hal itu berbeda dengan kondisi di tahun lalu yang selisih harga jualnya sekitar Rp1.300 per liter. Saat ini, premium dijual Rp6.450 per liter sementara per 22 April harga jual pertalite sebesar Rp7.400 dan pertamax Rp8.250 per liter.
“Terutama gap [harga]. Tapi bukan stagnan sama sekali, tapi pelan pelan tumbuhnya. Tumbuhnya enggak kayak tahun lalu. Loncat gitu. Premium sama pertalite gapnya Rp800 selisihnya,” ujarnya usai jumpa pers di Jakarta pada Senin (22/5/2017).
Meskipun demikian, dia optimistis komposisi konsumsi premium akan menurun menyentuh 37,5% dari total konsumsi gasolin sebesar 30 juta kl atau menjadi 11,25 juta kl dalam setahun.
Iskandar mengemukakan di Jawa konsumsi premium kini 40% dari total konsumsi gasolin. Pihaknya masih melihat ceruk pasar pertalite dan pertamax di daerah lain seperti Sumatera, Sulawesi, Maluku, dan Papua guna mencapai target. “Masih. Kami optimis masih ada migrasi trutama di luar Jawa.”