Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan perlambatan industri manufaktur di kuartal II/2017 belum tentu menjadi gambaran kondisi hingga akhir tahun nanti.
Pasalnya, tren pertumbuhan industri manufaktur tidak dapat dilihat dari angka kuartal per kuartal. "Kalau dilihat kuartal pertama kan naik, kuartal kedua turun. Masih ada harapan peningkatan lagi di kuartal III dan IV," ujarnya di Jakarta, Rabu (2/8/2017).
Airlangga menyatakan kendati angka pertumbuhan industri manufaktur melambat di kuartal II, masing-masing sektor industri masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan. Dia berpendapat perlambatan ini bukan semata-mata disebabkan pasar ritel yang melemah karena industri sebenarnya dibagi dua, yakni consumer product dan industrial product.
"Kalau hanya menangkap pasar konsumer, berarti hanya menangkap separuh dari pasar industri. Masih ada juga pasar ekspor," jelasnya.
Selain itu, lanjut Airlangga, industri berbasis konsumsi di dalam negeri memiliki daya tahan yang tinggi, seperti industri makanan yang tumbuhnya masih di kisaran angka 8% secara tahunan.
Pasar ekspor disebutnya masih membaik melihat kontribusi sektor industri terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) yang mencapai lebih dari 80%.
"Jadi, harus dilihat juga dari segi investasi, kelancaran bahan baku, ekspor impor, dan juga logistiknya karena itu juga krusial di industri," kata Airlangga.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan selama kuartal kedua 2017, industri besar dan sedang (IBS) hanya tumbuh 4% (year-on-year/yoy). Pertumbuhan tersebut merupakan yang terkecil dibandingkan dengan kuartal II/2016 sebesar 5,06% dan kuartal II/2015 sebesar 5,25%.
BPS juga mencatat industri manufaktur mikro dan kecil (IMK) mengalami perlambatan. Sektor IMK hanya tumbuh 2,5% pada kuartal II/2017 (yoy). Pada kuartal II/2016 dan kuartal II/2015, IMK tumbuh masing-masing 6,56% dan 4,57%.