Bisnis.com, NANNING, China- Indonesia akan menggenjot ekspor lewat pasar ritel ke China.
Mengacu pada data Kemendag, total perdagangan Indonesia dan China pada 2016 adalah US$47,59 miliar. Dari jumlah tersebut, Indonesia mengalami defisit US$14 miliar.
Sementara itu, dalam periode Januari-Juni 2016 total perdagangan Indonesia-China tercatat sebesar US$25,84 miliar. Indonesia masih mengalami defisit senilai US$6,07 miliar, tapi lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya ketika defisit mencapai US$8 miliar.
Strategi lain adalah dengan masuk lewat pasar ritel, salah satunya lewat pameran seperti yang dilakukan dalam CAEXPO 2017. Produk-produk ritel yang diminati konsumen China di antaranya furnitur, makanan dan minuman (mamin), serta produk herbal dan spa.
Nilai transaksi pada CAEXPO 2016 disebut mencapai US$3 juta-US$4 juta dari 57 pelaku usaha. Tahun ini, angkanya diharapkan lebih besar meskipun jumlah pesertanya lebih sedikit yaitu 52 pelaku usaha.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda mengungkapkan bahasa menjadi kendala yang dihadapi pelaku usaha Indonesia dalam menembus pasar China. Pasalnya, produk dari Indonesia harus diterjemahkan lebih dulu.
"Mereka itu seeing is believing, harus lihat dulu. Memang harus ada pengenalan. Sekarang kita yang datang ke mereka, tapi nanti mereka kami undang ke Indonesia untuk datang ke Trade Expo Indonesia (TEI)," tambah dia.
CAEXPO merupakan agenda rutin tahunan dan tahun ini menjadi penyelenggaraan ke-14. Selain mengundang partisipasi negara-negara ASEAN, China juga mengajak negara yang akan dilalui oleh rute jalur sutera modern yaitu Kazakhstan.
Vice Premier of the People's Republic of China Zhang Gaoli mengatakan CAEXPO 2017 dan China-ASEAN Business and Investment Summit (CABIS) diharapkan dapat membuka jalan pengembangan Belt and Road Initiative, memberikan platform untuk berbagai kerja sama dan pertukaran informasi, serta mempromosikan integrasi regional. Program Belt and Road Initiative disebut tidak hanya bermanfaat untuk China, tapi seluruh dunia.
Dia menyatakan hubungan antara China dan ASEAN sudah berjalan sejak lama dan terus diperdalam, lewat berbagai dialog di semua sektor dan level kebijakan. Konektivitas infrastruktur dan finansial adalah beberapa contoh yang telah dilakukan. Misalnya, dalam proyek kereta cepat Jakarta-Bandung di Indonesia dan East Coast Rail Link di Malaysia.
"Selama 8 tahun terakhir, China sudah menjadi mitra dagang terbesar Asean. Di sisi lain, dalam 6 tahun terakhir, ASEAN sudah menjadi mitra dagang terbesar ketiga China. Asean juga telah menjadi tujuan utama investasi asing bagi perusahaan-perusahaan China," papar Zhang dalam pembukaan CAEXPO 2017 dan CABIS 2017 di Nanning, kemarin.
Namun, kerja sama antara China dan ASEAN dipandang perlu terus diperluas termasuk dalam hal politik, kapasitas industri dan pengembangan teknologi, hubungan ekonomi dan perdagangan, infrastruktur, iklim usaha, serta hubungan People to People (P2P).
Dia menambahkan China berkomitmen untuk membuka diri dan menciptakan iklim usaha yang kondusif, di tengah perlambatan ekonomi dan ketimpangan kesejahteraan yang masih terjadi. Selain mendorong investasi China di negara-negara Asean, negara itu juga mengundang investor dari ASEAN untuk masuk ke China.
Diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan investasi China di luar negeri bakal mencapai US$750 miliar dan jumlah turis sekitar 750 juta orang. Hal ini dinilai sebagai potensi yang dapat dimanfaatkan oleh negara-negara Asean.