Bisnis.com, JAKARTA -- Penjualan pakan ikan mandiri jatuh sekitar 50% pada semester I/2017 karena terdampak oleh konsumsi ikan yang melemah pada periode itu.
Ketua Umum Asosiasi Pakan Mandiri Nasional (APMN) Syafruddin Darmawan mengatakan para pembudidaya kewalahan menjual ikannya setelah permintaan masyarakat berkurang. Kondisi itu berdampak pada permintaan pakan mandiri.
"Saya tahun lalu biasa produksi 3-5 ton per hari. Sekarang hanya 2 ton. Rekan-rekan saya di Aceh, Boyolali, Trenggalek, Palembang, juga begitu, turun 50%-70%," katanya, Senin (2/10/2017).
Syafruddin biasa memenuhi permintaan pakan dari para pembudidaya ikan di Kampar, Riau. Di kabupaten itu, marak kegiatan budidaya patin, lele, ikan mas, dan nila. APMN beranggotakan 20 pelaku usaha pakan mandiri dari berbagai provinsi.
Dalam catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan, selama dua tahun berjalan sejak 2015, program Gerakan Pakan Mandiri (Gerpari) telah mengerek produksi dari 16.800 ton pada 2015 menjadi 62.100 ton pada 2016.
Dengan harga pokok produksi pakan tenggelam Rp5.500, pelaku usaha menjual Rp6.000 per kg. Adapun untuk pakan apung, pelaku usaha menjual Rp7.000 per kg dengan margin Rp500 per kg.
Seluruh bahan baku pakan mandiri dipenuhi dari lokal. Hanya, pelaku usaha kesulitan mengakses karena lokasi bahan baku yang jauh. Di Kampar misalnya, tepung ikan harus didatangkan dari Lampung, Sumatra Barat, atau Sumatra Utara. Hal itu berdampak pada biaya angkut tepung ikan yang mencapai Rp1.000-Rp1.500 per kg.