Bisnis.com, JAKARTA - Ekstensifikasi dinilai bukan alternatif yang tepat untuk meningkatkan produksi garam di Madura, Jawa Timur, seiring banyaknya lahan yang beralih fungsi.
Direktur Operasional PT Garam (Persero) Hartono mengatakan peningkatan produksi garam di Madura hanya dapat ditempuh dengan revitalisasi dan intensifikasi lahan. Ekstensifikasi tak bisa dijalankan karena banyak lahan telah beralih fungsi, terutama menjadi properti.
Revitalisasi yang dimaksud adalah memperbaiki lahan yang sudah tersedimentasi melalui pengerukan. Di Madura, BUMN ini memiliki tambak garam seluas 5.020 hektare.
Soal intensifikasi, Hartono mengemukakan perusahaan berencana menerapkan inovasi teknologi Korea, yakni mechanical vapour recompression (MVR), untuk mengerek produktivitas.
"Teknologi ini mau diterapkan di Sampang yang produktivitasnya sekarang 80 ton per ha. Teknologi Korea bisa 200 ton," katanya, Selasa (31/10/2017).
Sementara itu, ekstensifikasi lahan ke Bipolo, NTT, sejauh ini telah menyerap 150 tenaga kerja lokal. Dari lahan seluas 400 ha, PT Garam telah memproduksi garam 826 ton hingga Agustus.
"Sebelumnya, masyarakat Bipolo tingkat kesulitan mempunyai uangnya tinggi sekali. Seminggu dapat Rp50.000 saja sulit sekali. Setelah PT Garam hadir di sana, warga setempat bisa menikmati bagi hasil Rp1 juta per minggu," ujarnya.
PT Garam tengah mengembangkan lagi lahan 225 ha di lokasi yang sama setelah Kementerian Agraria dan Tata Ruang menyerahkan eks HGU milik empat perusahaan.