Bisnis.com, JAKARTA-- Meningkatnya jumlah milenial dalam membeli properti turut mempengaruhi pertumbuhan industri kreatif subsektor arsitektur dan interior.
Salah satu pemain industri kreatif lokal di subsektor ini adalah Velospace & Co yang memiliki portofolio mulai dari hunian rumah, apartemen, ritel, perkantoran, hingga pergudangan.
Menurut Verik Angerik, pendiri Velospace, keterbatasan lahan untuk rumah di bawah Rp1 miliar tidak membuat segmen ini mengabaikan nilai-nilai estetika dalam unsur arsitekturnya.
“Misalnya pemilihan warna dinding, sangat berpengaruh terhadap estetika ruangan dengan luasan terbatas karena dapat mempengaruhi psikologis penghuninya. Selain itu efisiensi ruangan juga menjadi fokus yang diperhatikan saat menata produk-produk hunian berukuran terbatas,” ujarnya, dikutip Minggu (10/12/2017).
Menurut Verik, pasar milenial lebih melihat pada ide dan keunikan sebuah desain properti, meski soal harga bergantung dari daya beli masing-masing.
“”Saat ini, rumah di bawah satu miliar cenderung memiliki luas terbatas sehingga seolah-olah tidak bisa dikreasikan dengan konsep interior yang menarik,” tuturnya.
Baca Juga
Verik menambahkan, kebutuhan akan jasa arsitek dan desain interior juga meningkat seiring dengan bertumbuhnya permintaan residensial high-end, perkantoran, perhotelan, hingga ritel atau ruang usaha.
“Tidak saja karena kebutuhan millennial, secara umum, permintaan produk turunan properti lainnya juga mempengauhi pertumbuhan permintaan jasa industri kreatif seperti arsitektur dan interior. Ini yang kami rasakan sejak dua tahun terakhir,” ujarnya.
Meski pemain asing pada subsektor ini cukup banyak, ungkap Verik, secara kualitas arsitek dan desainer lokal tidak kalah.
Didirikan Verik Angerik sejak 2015, Velospace memposisikan diri sebagai solusi pembangunan tata ruang, mulai dari desain interior, arsitektur, hingga konstruksi yang bersifat end-to-end.
Pada 2017, Velospace and Co merupakan satu calon unicorn startup oleh Amvesindo (Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia).