Bisnis.com, JAKARTA – Perkembangan industri jasa keuangan berbasis teknologi (financial technology/fintech) di Indonesia semakin pesat dan menjanjikan. Padahal, banyak yang meragukan Aidil Zulkifli, CEO UangTeman.com, saat mendirikan bakal pelopor pinjaman online jangka pendek pertama tersebut beberapa tahun lalu.
Mungkin bisa dimaklumi, apalagi jika menilik latar belakang pendidikan dan profesi Aidil sebelumnya yang minim bersinggungan dengan teknologi maupun finansial. Fakta ini justru mencambuknya untuk tidak berhenti belajar.
Ia bersikukuh, bidang itulah panggilan jiwanya. Ia melepaskan profesi sebagai seorang pengacara yang notabene bisa menyuplainya dengan fulus tidak sedikit. Dorongan untuk memberi efek lebih besar terhadap kehidupan masyarakat mengusik nurani dan menjadi arah hidupnya.
Hatinya berujar benar. Mulai beroperasi sejak April 2015 di bawah nama PT Digital Alpha Indonesia, kontribusi dan layanan UangTeman diapresiasi luas.
Indonesia Business Development Award untuk kategori The Most Trusted Company In Microfinance Service of The Year 2017 dan The Asian Banker Best P2P Lending Platform for Individuals hanya beberapa di antara penghargaan yang diraih.
Aidil bahagia apabila melihat segala yang telah diupayakan memberi dampak besar terhadap masyarakat luas. Bagaimana pun, ia merasa masih bisa memenuhi takdirnya yang lebih besar.
Berikut sekelumit kisah inspiratif 'hijrah' pecinta hewan ini hingga memantapkan langkahnya di bumi pertiwi.
KTP Singapura
Lahir di Singapura pada tanggal 22 Oktober 1985, Muhammad Aidil bin Zulkifli merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Orang tuanya berkewarganegaraan Singapura keturunan China dan Melayu.
“Tapi dari Paman dalam keluarga Ayah saya juga mengalir darah Jawa yaitu Yogyakarta,” ungkapnya kepada Bisnis.com, di dalam ruangan kantornya.
Tidak heran, Yogyakarta pun menjadi spot favorit liburannya di Indonesia. Bermacam jenis batik dan barang etnik pasti diburunya ketika berkunjung ke kota pelajar dan budaya tersebut.
Sedari kecil Aidil senang 'melahap' berbagai macam buku. Hari-harinya diisi dengan menimba pengetahuan dan mempelajari hal-hal baru. Hobinya yang lain termasuk berenang, berlari, dan boxing.
“Dari boxing saya belajar untuk terus bergerak dan tidak pernah berhenti,” lanjutnya.
Karier Pertama? Pencuci Toilet
Masa bersekolahnya hingga jenjang menengah dilalui dengan gemilang. Aidil pun berhasil masuk Fakultas Hukum National University of Singapore (NUS) yang dikenal secara konsisten menempati jajaran universitas top dunia. Segudang aktivitasnya di kampus di antaranya terlibat dalam Singapore Law Review Editorial Board dan Singapore Law Review Lecture.
Melihat segala prestasinya, siapa sangka ia pernah bekerja sebagai pencuci toilet di salah satu hotel di Singapura. Pekerjaan ini ia jalani saat berusia sekitar 16 tahun, sebelum mengikuti masa wajib militer di negaranya.
“Penghasilan saya 40.000 [rupiah] per jam, 10 jam sehari. Saya sering menunggu tamu di dalam toilet dan membersihkan toilet selama sekitar 6 bulan,” kenangnya.
Banting setir
Setelah menjalani empat tahun dan meraih gelar sarjana hukum (with honours) dari NUS, Aidil mulai malang melintang di sejumlah firma hukum.
Tercatat, ia pernah menimba pengalaman untuk isu hukum internasional, cyber crimes, dan arbitrasi. Masa dua tahun bahkan pernah dijalani sebagai full time lawyer untuk commercial litigation.
Meski diakui bidang ini memberinya pemasukan yang 'lumayan', tapi ia merasa tidak memberi manfaat apapun bagi masyarakat.
“Saya berkeinginan membantu masyarakat dengan masuk fakultas hukum, but somehow ended up di commercial litigation. Saya tidak merasakan fulfillment,” jelasnya.
Adalah suatu kasus yang melibatkan sekretarisnya dengan rentenir yang mencetuskan ide di dalam dirinya. Ia mendapat ide untuk membangun suatu portal atau produk yang bisa menolong masyarakat agar dapat membandingkan produk keuangan.
Mulai Startup Fintech
Sebelum UangTeman.com, Aidil sempat mendirikan sekaligus menjadi CEO startup fintech LoanGarage.com atau KreditAja.com. Startup ini merupakan sebuah platform online perbandingan produk keuangan, yang kemudian diakuisi oleh Moneysmart.sg pada akhir 2014.
Saat itu, ia kerap menerima feedback nasabah tentang rumitnya mendapatkan pinjaman kecil jangka pendek dari bank. Persyaratan yang diajukan bank dinilai oleh para nasabah ketat dan tidak fleksibel. Ia pun kemudian mendirikan UangTeman pada 2014 di Jakarta.
Mengapa Indonesia?
“Sewaktu menjalani KreditAja, saya harus membagi waktu antara Singapura dan Indonesia. Tapi setelah mendirikan UangTeman saya memutuskan stay dan mencurahkan segala waktu dan tenaga di Indonesia,” terangnya.
Mengapa Indonesia? Menurut Aidil, industri fintech di Singapura sudah ramai, tingkat persaingan pun ketat. Namun dikatakan olehnya, perkembangan fintech di Singapura justru tidak sepesat di Indonesia. Masyarakat Singapura disebut sudah memiliki akses ke perbankan, sedangkan di Indonesia terdapat lebih dari 70 juta warga yang masih belum mendapat akses kepada kredit dari bank.
“Saya pribadi suka Jakarta meskipun macet. Orang-orangnya friendly. Indonesia memiliki beragam kebudayaan, sehingga ada banyak opportunity untuk mempelajari budaya yang berbeda,” katanya.
Sebagai CEO sebuah perusahaan yang sedang berkembang pesat, ia mengakui tingkat stres yang tinggi. Ini dilihatnya sebagai tantangan sebagai seorang pemimpin, apalagi jauh dari keluarganya di Singapura.
Seringkali ia harus berkorban menahan rindu demi misi yang lebih besar di perusahaan. Sesekali ia pulang ke Singapura untuk bertemu keluarga dan dua kucing yang dipelihara adik perempuannya.
“Saya juga memelihara seekor kucing persia di apartemen saya. His name is Romeo. Terkadang saya bawa ke kantor, kalau tidak saya tinggal dia tidur di apartemen,” lanjutnya tersenyum.
Dari kecil ia memang menyukai binatang. Side project-nya terkait dengan animal welfare. Ia bersedia menyisihkan sebagian pendapatannya untuk organisasi yang peduli pada kesejahteraan binatang, bahkan sebagai volunteer lawyer untuk Cat Welfare Society di Singapura.
UangTeman
Efek layanan lending fintech yang diusung UangTeman terasa langsung menyentuh masyarakat. Pinjaman langsung untuk warung kopi atau UMKM di kaki lima, sebagai contoh, serta banyaknya yang telah terbantukan mendorong semangat Aidil untuk terus membangun perusahaan dengan dampak luar biasa.
Meski pemerintah memiliki program KUR (kredit usaha rakyat), banyak nasabahnya merasa requirements yang diajukan bank terlalu rumit. Skema KUR dinilainya tidak efektif.
“Meskipun pemerintah mau memberi subsidi bunga kepada program tapi yang melaksanakan skema ini adalah bank. Apa yang pemerintah mau dan apa yang dilaksanakan di masyarakat berbeda,” terangnya.
Meski tidak memberikan persyaratan yang rumit, UangTeman dalam praktiknya menerapkan 1% bunga per hari untuk nilai pinjaman Rp1 juta-Rp3 juta. Tidak ada yang keberatan?
“Keberatan pasti ada, kami pun memiliki risiko. 1% per hari itu memang berat tapi untuk nasabah yang sudah repeat dengan kami, bunganya turun dan jumlah plafonnya naik,” katanya.
Nasabah diberikan motivasi terhadap pinjaman dan kepercayaan yang diberikan, suatu bentuk edukasi mendisiplinkan masyarakat dalam hal pembayaran pinjaman. Di sisi lain, UangTeman tidak memberikan pinjaman secara gegabah. Pinjaman diberikan secara seksama dengan menilai risiko kredit. Dengan demikian, NPL perusahaan di bawah 2%.
“Saya percaya jika menolong orang akan ada rasa obligasi untuk mengembalikan kebaikan. Kredit macet ada, ada yang coba fraud, tapi hanya sedikit. Meminjamkan pasti ada risiko tidak dikembalikan,” tambah Aidil.
Sebagai pelopor di layanan lending fintech dengan historical record selama tiga tahun, data lengkap sebanyak 200.000 nasabah, teknologi yang benar berdasarkan data di Indonesia bukan data atau teknologi dari China, serta fokus perusahaan kepada nasabah individu, UangTeman diklaim lebih unggul dibandingkan dengan pemain lainnya di layanan lending fintech.
Ia berharap UangTeman akan telah melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dalam 10 tahun ke depan. “Belum ada target tetap, tapi mungkin [rencana IPO] 5-6 tahun ke depan. Masih lebih banyak value yang bisa dilakukan perusahaan sebelum IPO.”
Tahun ini, UangTeman menargetkan dapat menyalurkan pinjaman sebanyak Rp1 triliun, berkali-kali lipat dari nilai pinjaman yang disalurkan pada 2017 sekitar Rp150 miliar.
Adapun tantangan terbesar perusahaan hingga saat ini adalah mencari talent teknologi dan regulasi yang masih belum jelas. “Semoga OJK akan menerbitkan regulasi yang jelas tahun ini,” harapnya.
Sebagai catatan, UangTeman telah resmi terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor registrasi S-2970/NB.111/2017 sejak 21 Juni 2017.
Karyawan Adalah Keluarga
Setelah mendirikan kantor pertamanya di Jakarta pada 2014, UangTeman kian ekspansif dan telah membuka kantor lainnya di 17 kota di Indonesia. Memimpin sekitar 150 karyawan yang tersebar di penjuru nusantara pasti tidak semudah perkiraan.
Visi utamanya sebagai pemimpin adalah membina karyawan seperti layaknya sebuah keluarga di perusahaan. Karyawan diharapkan bisa bekerja di lingkungan yang sehat dan bahagia. Untuk ini, ia memberi reward kepada yang berprestasi, serta memotivasi dan memberikan training kepada yang membutuhkan.
“Saya lebih suka mendapatkan karyawan dengan standard B-, tapi kemudian menjadi B+ atau A saat keluar dari UangTeman,” tutur Aidil.
Ia selalu mendorong para karyawannya untuk memberi yang terbaik, sehingga mereka tumbuh sebagai individu. Office boy di kantor bahkan ditantangnya bisa membuat kopi seperti di gerai-gerai besar dengan menggunakan coffee maker yang tersedia.
“You can do that or you better do it. Tak ada pilihan lain, hanya dua itu,” lanjutnya sambil tergelak.
Meski diakui target yang ia berikan bisa membuat stres, Aidil juga selalu memastikan karyawannya bahagia bekerja di UangTeman. Perusahaan memiliki mekanisme umpan balik dari karyawan secara anonim untuk mengetahui apakah mereka bahagia atau tidak bahagia.
“Kami memiliki meja bilyar, meja pingpong, ruang karaoke, dan ruang bermain PS. Ada zumba, kami juga menyewa lapangan indoor untuk basket dan futsal. Saya merasa sebagai Ayah bagi para karyawan,” tambah Aidil.
Kebahagiaannya bertambah apabila setiap hari datang ke kantor dan melihat karyawannya bahagia. Terkadang ia menyisihkan waktu hang out bersama karyawan. Tapi ada satu waktu dimana ia tidak mau diganggu siapa pun.
“Every morning everyday, saya selalu makan nasi goreng yang sama,” ujarnya sambil menyebutkan salah satu gerai makanan di dalam gedung perkantoran. “Menurut saya nasi goreng paling enak selama empat tahun di Jakarta. Itu me time saya, satu jam tidak boleh ada yang ganggu.”
Impian Membangun Spaceship
So, what's next? “Saya memiliki impian membangun spaceship dan mengembangkan koloni di planet Mars suatu hari. Spaceship is humanity's last frontier,” jawabnya.
Hmm, terdengar seperti Elon Musk? “Saya memang mengidolakan Elon Musk,” responsnya sambil tergelak.
Menurutnya, cara berpikir Elon mirip dengan cara berpikirnya. Bagi Elon Musk, tidak ada asumsi dan tidak ada yang mutlak. Setiap asumsi selalu diuji coba dan divalidasi. Hal ini pula yang coba ia terapkan dalam menjalankan UangTeman.
Serupa dengan Elon Musk yang dikatakan 'gila' dengan pemikirannya, ide pinjaman online milik Aidil sempat diragukan banyak pihak.
“Ide layanan peminjaman online di Indonesia sempat dikatakan bodoh dan akan bangkrut dalam enam bulan. Alhamdulillah, tiga tahun sudah berdiri [UangTeman] tidak bangkrut justru semakin berkembang,” tuturnya.
Posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa dinilai sangat strategis untuk meluncurkan sebuah spaceship. Pulau Bangka menjadi pilihannya yang dapat digunakan sebagai space spot untuk meluncurkan spaceship ke luar angkasa.
OK, kalau begitu, Star Trek or Star Wars? “Definitely Star Wars. It's about good and bad, very easy to see who's good and bad. Tapi saya percaya setiap orang memiliki sisi kebaikan. Bahkan Darth Vader punya sisi baik,” pungkas Aidil.