Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Shopee Indonesia Tingkatkan Penjual dari UMKM

Shopee Indonesia mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas penjual (seller) UMKM melalui edukasi dan sinergi dengan pihak lain.
./.Twitter.com
./.Twitter.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Shopee Indonesia mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas penjual (seller) UMKM melalui edukasi dan sinergi dengan pihak lain.

Rezki Yanuar, Country Brand Manager Shopee Indonesia, mengatakan di platform Shopee penjual atau seller mayoritas merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan menjual produk seperti fesyen dan aksesoris.

"Seller kami ada 850.000, untuk UMKM masih [lebih] banyak, 70%-80% UMKM atau produk lokal," kata Rezki di sela-sela acara Peluncuran Batik Shopee di Rusunawa Pulogebang, Jakarta, Selasa (27/3).

Shopee memprediksi jumlah seller akan terus bertambah seiring perluasan cakupan bisnis. Namun, pihaknya tidak menentukan angka sebagai target khusus terkait jumlah penjual UMKM yang diharapkan.

"Kalau buat Shopee, kami tidak pernah set target di angka tertentu karena pasar masih berkembang. Jadi kami tidak bisa memprediksi dapat berapa, yang bisa dilakukan menjalankan program sebaik-baiknya," jelasnya.

Rezki mengatakan pertumbuhan seller dari UMKM terbilang bagus, hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan kinerja Shopee yang naik hampir 100% setiap tahunnya.

"[Pertumbuhan seller] bagus, selalu naik," ujarnya.

Selain itu, dia menambahkan aplikasi Shopee juga sudah diunduh 40 juta kali termasuk oleh penjual yang tersebar di seluruh Indonesia. Kemudian, program edukasi Kampus Shopee untuk edukasi bisnis ke para pelaku usaha yang tadinya hanya menjangkau belasan kota, kini telah menjangkau 33 kota.

"Seller itu memang kalau dilihat sudah tidak terkumpul di Jawa dan Sumatera saja, tapi juga ke luar. Shopee sudah hadir di 515 kota, ini juga menumbuhkan seller bukan buyer saja," katanya.

Adapun dari jumlah UMKM yang telah menjadi penjual di Shopee, porsi UMKM yang memproduksi langsung terbilang masih kecil.

"Itu masih kecil [UMKM produksi sendiri], saya tidak bisa bilang datanya, masih di bawah 5% sepertinya," ujarnya.

Menurutnya, UMKM di sektor produktif menghadapi tantangan tersendiri, mulai dari sumber daya manusia, kemampuan, serta pemasaran.



Untuk itu, sejumlah inisiatif dilakukan untuk mendorong tumbuhnya seller UMKM dengan produk lokal yang mampu berdaya saing. Dia mengatakan salah satu caranya adalah melalui program Batik Shopee dengan JKT Creative.

Adapun Batik Shopee ini merupakan program lanjutan dari Kreasi Nusantara yang merupakan program jangka panjang Shopee dalam mendorong dan memajukan UMKM dan produk lokal. Kreasi Nusantara merupakan laman khusus yang ada di platform Shopee yang menawarkan produk lokal.

"Kami berusaha agar produk yang dijual di kami itu produksi dari awal. Untuk mengatasi masalah yang ada kami bersama JKT Creative kerja sama dari hulu ke hilir, ada produksi dengan pemberdayaan ibu-ibu dan Shopee bantu di pemasarannya," katanya.

Menurutnya, hal itu juga sejalan dengan program pemerintah untuk mendorong produk lokal dan UMKM lebih berdaya saing. Dia mengatakan saat ini para pelaku dagang-el juga bersama-sama membangun ekosistem, termasuk utnuk produk lokal.

"Kami sama-sama ya bangun ekosistem, edukasi ke penjual dan pembeli," ujarnya.

Sementara itu, Iwet Ramadhan, Co-Founder JKT Creative, mengatakan melalui kerja sama dengan Shopee, JKT Creative yang menjual produk oleh-oleh khas Jakarta yang bisa dipakai (wearable) ini ingin memberdayakan ibu-ibu yang tinggal di rusunawa.

"Di Pulogebang ini ada 30 ibu-ibu yang diajarkan membatik lewat program Batik Shopee. Nantinya kalau sudah bisa memproduksi, hasilnya bisa dijual di laman Kreasi Nusantara Shopee. Hasilnya bisa bantu ekonomi keluarga," jelasnya.

Dia berharap nantinya setelah diberikan pelatihan maka akan menghadirkan pengrajin yang handal, bahkan bukan tidak mungkin menjadi sentra produksi batik di Jakarta.

"Jadi tidak perlu ke daerah, di Jakarta ada, nanti desainer yang butuh batik bisa cari ke sini. Harapannya seperti itu," ujarnya.

Dia mengatakan Indonesia memiliki potensi dengan banyaknya pengrajin dan kriya yang bagus. Namun, sayangnya tidak memiliki selera atau kemampuan melihat peluang produk yang laku di pasaran.

"Perlu ada orang-orang yang punya mata bagus, untuk melihat taste itu," agar memberdayakan mereka, agar karyanya bagus, naik kelas, dan diterima," ujarnya.

Selain itu, permasalahan pemasaran juga menjadi hal yang sering dialami oleh UMKM. Iwet mengatakan ada kebigungan ketika UMKM tidak memahami pasar yang membutuhkan produknya.

"Harus dibina lagi agar yang mereka buat ter-value dengan baik. Pelatihan ini salah satu upaya membantu UMKM mengatasi permasalahannya," katanya.

Data Kementerian Koperasi dan UKM mencatat lebih dari 3,79 juta pelaku UKM yang memanfaatkan teknologi digital seperti e-commerce.

Sementara itu, paparan Kementerian Koperasi dan UKM pada Januari 2018, mengungkapkan jumlah pelaku UMKM tercatat sebanyak 59,69 juta unit dengan rincian usaha mikro sebanyak 58,9 juta usaha kecil sebanyak 716.800, usaha menengah sebanyak 65.500 dan usaha besar 5.030.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agne Yasa

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper