Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penurunan Kayu Bulat Tak Berimbas ke Industri Pengolahan

Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) melaporkan produksi kayu bulat nasional sepanjang kuartal I/2018 hanya 10,6 juta m3 atau turun 300.000 ton dari realisasi periode sama tahun lalu.
Kayu Bulat-Ilustrasi/Bisnis
Kayu Bulat-Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -- Penurunan produksi kayu bulat awal tahun ini tidak memengaruhi performa industri pengolahan kayu alias woodworking.

Ketua Umum Indonesia Sawmill and Woodworking Association (ISWA), Soewarni mengatakan performa ekspor kayu olahan awal tahun ini relatif masih sama dengan tahun lalu. Asosiasi itu mencatat volume ekspor woodworking sepanjang kuartal I/2018 sekitar 1 juta m3 senilai US$550,5 juta.

"Kalau dikalikan empat, mirip dengan [ekspor] 2017, baik volume maupun devisa. Jadi, enggak ada pengaruh signifikan [dari penurunan produksi kayu bulat]," katanya kepada Bisnis baru-baru ini.

Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) melaporkan produksi kayu bulat nasional sepanjang kuartal I/2018 hanya 10,6 juta m3 atau turun 300.000 ton dari realisasi periode sama tahun lalu.

ISWA berharap ekonomi dunia tahun ini lebih baik sehingga ekspor bisa naik 10%. Tahun lalu, volume pengapalan kayu olahan sekitar 4,2 juta m3 dengan nilai US$2,1 miliar (free on board). Volume barecore menyumbang paling banyak ekspor kayu olahan 2017, yakni sebanyak 1,9 juta m3. Namun dari segi nilai, moulding/unfinish berkontribusi paling jumbo, yakni mencapai US$727,5 juta.

Dilihat dari segi tujuan ekspor, China menyerap paling banyak dengan mengimpor hampir 2 juta m3 senilai US$637,1 juta. Jepang mengekor di belakangnya.

Soewarni mengakui, ada tantangan dari permintaan barecore, terutama di China yang selama ini merupakan pasar utama. Pemerintah setempat sedang menggaungkan kebijakan antipolusi sehingga pabrik-pabrik yang selama ini mengemisi polutan ditutup, termasuk pabrik mebel dan dinding berbahan baku barecore.

Akibat pelemahan permintaan dari Negeri Tirai Bambu, harga barecore turun ke kisaran US$230-US$240 per m3 dari semula US$275 per m3. Di sisi lain, petani sengon ingin harga bahan baku tetap tinggi. Saat ini harga log sengon berdiameter kurang dari 25 cm dan panjang 1,3 m Rp800.000, sedangkan untuk log berdiameter 25 cm ke atas dan panjang 2,6 m lebih dari Rp1,2 juta.

"Kekhawatiran saya [akibat penurunan permintaan barecore], rakyat yang tadinya senang menanam [sengon], kalau enggak laku dijual, mereka jadi enggak mau menanam lagi," kata Soewarni.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper