Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Filipina, Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), menurunkan suku bunga kebijakannya seperempat poin dan mengisyaratkan akan terus melakukan pelonggaran awal tahun depan.
BSP juga bergabung dengan para pembuat kebijakan di Indonesia dan Thailand dalam memperingatkan risiko global yang meningkat.
Mengutip Bloomberg pada Kamis (19/12/2024), Bank Sentral Filipina memangkas target suku bunga overnight repo rate menjadi 5,75% pada pertemuan Kamis waktu setempat.
Hasil tersebut sesuai dengan proyeksi oleh 22 dari 24 ekonom dalam survei Bloomberg. Satu ekonom memperkirakan penurunan setengah poin, sementara yang lain memperkirakan tidak ada perubahan.
Pada sebuah pengarahan di Manila, Gubernur BSP Eli Remolona mengisyaratkan bank sentral berharap untuk terus mengurangi suku bunga pada 2025, mungkin dalam pertemuan berikutnya, tetapi mengecilkan kemungkinan sebelumnya bahwa suku bunga berpotensi turun sebesar 100 basis poin tahun depan.
“Dalam diskusi kita hari ini, ada perasaan bahwa mungkin 100 basis poin selama tahun 2025 akan terlalu banyak, tetapi nol juga akan terlalu sedikit. Kita harus melihat apa yang dikatakan data," kata Remolona
Bank sentral juga menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam pertemuannya pada Agustus dan Oktober, berkat inflasi yang tetap berada dalam target bank sentral sebesar 2% hingga 4% selama empat bulan terakhir. Pertumbuhan ekonomi yang melambat pada kuartal terakhir juga memberi alasan bagi BSP untuk lebih menurunkan biaya pinjaman.
“Penurunan tajam inflasi selama setahun terakhir telah memberi ruang bagi bank sentral untuk terus melonggarkan kebijakan moneter dan kami memperkirakan pemangkasan lebih lanjut selama beberapa bulan mendatang,” jelas laporan dari Capital Economics.
Peso ditutup pada rekor terendah 59 terhadap dolar setelah keputusan tersebut. Saham turun hari ini sejalan dengan penurunan di tempat lain di Asia, di mana sentimen tertekan karena meskipun Federal Reserve baru saja mengakhiri tahun 2024 dengan pemangkasan suku bunga ketiga berturut-turut, hal itu mengisyaratkan akan ada lebih sedikit pemangkasan pada tahun 2025.
Adapun, Remolona juga turut berkomentar terkait apakah Filipina akan mengikuti kemungkinan pemangkasan 50 basis poin oleh Fed tahun depan.
“Sulit untuk mengatakannya, karena kami melihat data kami sendiri. Kami melihat data AS dan kebijakan moneter Fed hanya sejauh hal itu memengaruhi kami dalam hal inflasi dan dalam hal pertumbuhan," kata Remolona.
Pernyataan kebijakan moneter BSP menggemakan peringatan pembuat kebijakan pasar berkembang lainnya tentang risiko eksternal. Bank Indonesia pada Rabu (18/12/2024) kemarin tidak mengubah suku bunga, dan memperingatkan adanya ketidakpastian akibat arah kebijakan AS dan meningkatnya ketegangan geopolitik.
Sementara itu, Bank of Thailand juga tidak mengubah suku bunga dan memperingatkan adanya ketidakpastian yang meningkat.
"Otoritas moneter akan terus memantau risiko kenaikan inflasi yang muncul, terutama faktor geopolitik," kata bank sentral Filipina.
Ekonom di Bloomberg Economics, Tamara Mast Henderson, mengatakan Filipina tampaknya akan memangkas lebih jauh, tetapi tidak sampai 100 basis poin seperti yang sebelumnya ditetapkan.
“Bank sentral juga membuka peluang untuk jeda lebih lama jika inflasi menjadi terlalu kuat atau peso terlalu lemah — keduanya dapat melemahkan ekspektasi harga,” tulisnya dalam laporan setelah keputusan tersebut.
Sementara itu, BSP menyebut, keseimbangan risiko terhadap prospek inflasi terus condong ke atas karena sebagian besar potensi penyesuaian ke atas dalam tarif transportasi dan tarif listrik. Dampak tarif impor yang lebih rendah pada beras tetap menjadi risiko penurunan utama terhadap inflasi.