Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menjalin kerja sama dengan Konsorsium Korea untuk pengembangan industri pellet kayu dan pembangkit listrik di Kawasan Transmigrasi Labangka, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Kerjasama tersebut diyakini akan mendorong penguatan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) di kawasan tersebut.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo menerima audiensi Konsorsium Korea, di Jakarta, Rabu (6/6/2018).
Menteri mengatakan bawah melalui kerja sama ini akan dibuat pabrik pellet yang akan menyerap limbah dan bonggol jagung. Selain itu juga ada hasil tanaman gamal dan kaliandra yang ditanam oleh masyarakat.
"Hasil pellet tersebut nantinya akan diekspor ke Korea Selatan untuk bahan bakar pembangkit listrik biomassa. Konsorsium Korea juga berniat membangun pembangkit listrik biomassa di Sumbawa," ujar Mendes Eko dalam keterangan persnya.
Menteri Eko menjelaskan, Konsorsium Korea tersebut akan membuat proyek pembangkit listrik biomassa dengan kapasitas pabrik sebesar 400.000 ton/ tahun dan tenaga pembangkit 30 MW.
Baca Juga
Tenaga tersebut akan diperoleh dengan menggunakan bahan bakar limbah jagung yang ditanam para petani setempat. Rencana investasinya pun mencapai US$400 juta.
"Saya senang dan sangat mendukung rencana proyek ini. Kita akan mengawal. Kalau ada kesulitan diinformasikan. Prinsipnya mendukung mengawal dan menjembatani bila ada kesulitan di instansi lain. Saya berharap keberhasikan dari proyek ini jadi awal untuk diikuti proyek-proyek lainnya di Indonesia," sambungnya.
Dalam hitungan konsorsium, proyek ini akan memberikan pendapatan tambahan bagi para petani sekitar Rp3 juta/ bulan.
Selain dari limbah jagung yang dibeli oleh perusahaan, pendapatan tersebut juga berasal dari pemberdayaan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja perhutanan sosial oleh perusahaan dengan luas 5.000 Ha. Lahan tersebut akan ditanami gamal dan kaliandra.
Bupati Sumbawa M Husni Djibril yang juga hadir dalam pertemuan ini mengatakan, rencana investasi tesebut sejalan dengan program pemerintah kabupaten, yakni Gerakan Masyarakat Jagung Integrasi.
Meski saat ini baru tertanam 621.000 ton lahan jagung, dirinya meyakini dapat memenuhi target 2 juta ton per tahun yang dibutuhkan pemerintah. “Lahan pertanian jagung ini tidak di daerah KTM saja, tapi tersebar di 24 kecamatan,” ungkapnya.
Direktur Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi (PKTrans), M. Nurdin mengatakan, proyek ini akan bekerjasama dengan BUMDes untuk penyediaan plasmanya.
Kerjasama bisnis antara pihak perusahaan, BUMDes, dan Konsorsium Korea diharapkan akan mempermudah proses perizinan dan lisensi dari otoritas-otoritas yang berwenang.
"BUMDes akan mengumpulkan limbah untuk dikirim ke off taker. Pengelolaannya bekerjasama dengan pemerintah kabupaten dan akan sharing BUMDes Kabupaten," ujarnya.
Perwakilan dari Konsorsium Korea yang juga CEO GIMCO Sangsun Lee mengapresiasi adanya kesempatan investasi yang diberikan pemerintah Indonesia kepada Konsorsium Korea.
Pihaknya juga akan berbagi pemanfaatan teknologi sampah jagung dengan pellet agar bisa digunakan di tingkat desa. Dirinya berharap ke depan akan dibangun pelabuhan untuk memaksimalkan hasil produk agar bisa diekspor dan membantu percepatan groundbreaking. "Sekali lagi komit supaya pada 9 September ini untuk groundbreaking," ujarnya