Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Tak Perlu Impor Benih Jagung

Dewan Jagung Nasional (DJN) menegaskan Indonesia tidak perlu mengimpor benih jagung karena produsen dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan benih nasional.
PABRIK BENIH JAGUNG. Dari kiri ke kanan, Country Head PT Syngenta, Adi Gunawan, Asean Business Head, Divisi Benih Syngenta Companye, Chris Allen, Asisten II Sekwilda bidang Ekonoimi dan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur, Hadi Prasetyo, Wakil Bupati Pasuruan, Eddy Paripurna, dan Direktur Perbenihan Ditjen Tanaman Pangan Deptan, Rahmat bersama-sama meneklan tombol sirene dalam acara pemancangan tiang pertama pembangunan pabrik prosesing benih jagung hibrida di kawasan industri PIER Pasuruan/Antara
PABRIK BENIH JAGUNG. Dari kiri ke kanan, Country Head PT Syngenta, Adi Gunawan, Asean Business Head, Divisi Benih Syngenta Companye, Chris Allen, Asisten II Sekwilda bidang Ekonoimi dan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur, Hadi Prasetyo, Wakil Bupati Pasuruan, Eddy Paripurna, dan Direktur Perbenihan Ditjen Tanaman Pangan Deptan, Rahmat bersama-sama meneklan tombol sirene dalam acara pemancangan tiang pertama pembangunan pabrik prosesing benih jagung hibrida di kawasan industri PIER Pasuruan/Antara

Bisnis.com, JAKARTA -  Dewan Jagung Nasional (DJN) menegaskan Indonesia tidak perlu mengimpor benih jagung karena produsen dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan benih nasional.

Sekjen Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola  mengatakan, kebutuhan benih jagung nasional sekitar 80.000 ton-100.000 ton/tahun. Kebutuhan ini dihitung dari luas areal tanaman jagung 4 juta ha dengan asumsi kebutuhan benih 20 kg/ha sampai 25 kg/ha.

"Kebutuhan ini dapat dipenuhi produsen benih nasional maupun multinasional. Jadi kita tidak perlu lagi impor benih jagung," tegasnya, Jumat (27/7/2018).

Namun demikian, dia mengakui untuk memenuhi kebutuhan benih secara mendadak, sulit dilakukan. "Produksi benih ini direncanakan setahun sebelumnya. Jadi kalau permintaan mendadak, ya, sulit dipenuhi," katanya.

Menurut Sola, beberapa daerah belakangan ini mengeluhkan kesulitan mendapatkan benih jagung hibrida. Hal ini terjadi karena memang diluar jadwal produksi produsen.

"Produsen benih itu mempersiapkan stok menjelang musim tanam disetiap wilayah," katanya.

Dia menambahkan, kurangnya benih, juga disebabkan dinas-dinas pertanian mengejar serapan anggaran target Luas Tambah Tanam (LTT) jagung.

Pengamatan di lapangan, lanjutnya, banyak dinas atau daerah yang memaksakan pengadaan benih atau pembagian benih kepada petani di luar musim tanam, sehingga benih tidak tersedia.

Dia menegaskan, pengusaha benih jangan terlalu gampang menggantungkan impor karena ketika Indonesia hendak mengekspor sulit mendapatkan izin dari negara tujuan.

India misalnya, meminta benih jagung dari Indonesia, namun permintaan itu tidak bisa dipenuhi karena izin ekspor sulit didapatkan.

Sola juga menyebutkan untuk memenuhi proyek pemerintah Kementerian Pertanian (Kementan) mengharuskan menyerap 65 persen benih dari Balai Penelitian Serelia, Litbang Maros.

"Ini artinya, pemerintah mendorong agar benih lokal lebih banyak digunakan," tegasnya Mengenai kualitas benih Litbang yang banyak dikeluhkan petani penerima bantuan, Sola menyarankan Balai Serelia, Maros, harus lebih selektif memilih mitra penangkar.

Sementara itu Data Ditjen Tanaman Pangan, Kementan mencatat telah menyalurkan bantuan benih jagung ke 2,6 juta ha dari target penyaluran yang lebih dari 3 juta ha.

Secara terpisah Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Sumardjo Gatot Irianto mengatakan, dari benih yang disalurkan tersebut, ada yang sudah ditanam, ada yang sudah tersalur dan ada yang sedang dalam proses awal distribusi.

Bantuan benih ini dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia. Namun, bantuan ini lebih diarahkan untuk perluasan tanam baru atau wilayah-wilayah yang sebelumnya belum pernah ditanami jagung.

"Untuk petani yang sudah tahu kebijakan budidaya tanam jagung dan yang sudah biasa menanam jagung tidak kita berikan bantuan, strategi kita supaya bantuan pemerintah tidak terlalu berat," ujar Gatot, Selasa (24/7).

Dirjen berharap, seluruh bantuan benih sudah dapat tersalur September mendatang sehingga, jagung yang ditanam bisa dipanen tahun ini.

Dia menambahkan, apabila produktivitas benih yang disalurkan tersebut sudah mencapai 7-8 ton per ha, maka produksi yang dihasilkan sudah cukup baik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper