Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai sentimen defisit neraca perdagangan terhadap pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bersifat sementara.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan pelemahan IHSG dipicu oleh berbagai faktor, tidak hanya neraca perdagangan. "Saya rasa domestik positif semua, ini sentimen sementara saja," tegas Wimboh, Jumat (15/2/2019).
IHSG sesi I, Jumat (15/2/2019), ditutup melemah sebesar 0,34% atau 21,68 poin ke level 6.398,34 dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Data BPS memang menunjukkan defisit neraca perdagangan pada Januari 2019 mencapai US$1,16 miliar. Dari data BPS, defisit bulan Januari merupakan defisit bulanan terparah sepanjang masa.
Defisit ini dipicu oleh penurunan di sisi ekspor migas dan nonmigas akibat kondisi ekonomi global yang melambat, perang dagang dan penurunan harga komoditas.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), rentetan defisit ini telah dimulai sejak tahun lalu. Sepanjang 2018, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan per bulan yang nilainya rata-rata hampir di atas US$1 miliar.
Pada November 2018, defisit neraca perdagangan tembus hingga ke level tertinggi sepanjang lima tahun terakhir setelah mencapai US$2,05 miliar.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menetap di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari ini Jumat (15/2/2019). Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan IHSG turun 0,34% atau 21,68 poin ke level 6.398,34 pada akhir sesi I.
Pada perdagangan Kamis (14/2), IHSG mampu rebound dengan ditutup naik tipis 0,01% atau 0,90 poin di level 6.420,02.