Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang Angkutan Lebaran 2019, persiapan transportasi darat di wilayah Sumatra tercoreng kelangkaan produk Biosolar yang digunakan oleh angkutan umum seperti bus dalam kota dan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) di wilayah Bengkulu.
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan menuturkan, mendekati hajat besar dunia transportasi darat ini masih ada hal pokok yang tidak siap yaitu bahan bakar yang dipasok oleh Pertamina.
"Di kota Bengkulu khususnya SPBU tidak memiliki stok Biosolar yang cukup, angkutan umum baik bus maupun truk harus mengantre sampai 6 jam bahkan sampai seharian di SPBU kota Bengkulu," katanya kepada Bisnis, Jumat (24/5/2019).
DIa menuturkan, kelangkaan ini terjadi karena persediaan BBM jenis Biosolar dari yang sangat terbatas dari Pertamina.
"Situasi ini sangat berbanding terbalik dengan kesiapan menjelang angkutan Lebaran pada kota lain seperti di Pulau Jawa. Ada apa dengan Kota Bengkulu ini? Apakah bagi pemerintah di kota bengkulu ini tidak dianggap ada atau kebutuhan mudik masyarakat di Bengkulu tidak menjadi prioritas seperti kota lain khususnya di pulau Jawa," tanyanya.
Biosolar terangnya kosong, tetapi Dexlite tersedia, sedangkan Pertamina Dex tidak di semua SPBU tersedia.
"Menurut petugas SPBU, pasokan Biosolar dari Pertamina hanya 8 KL per hari dan hanya sekali, sementara kebutuhan pemakaian Biosolar per hari per SPBU itu 16KL bahkan lebih," katanya.
Dia berharap, ada sikap dari Pertamina dan pemerintah daerah secepatnya mengatasi hal ini. Kelangkaan BBM Biosolar disebut kerap terjadi di kota Bengkulu, tidak seperti di Provinsi Lampung, Sumatra Selatan, dan Sumatra Barat.