Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo telah mengumumkan susunan kabinet baru yang akan membantunya selama masa pemerintahan periode 2019-2024.
Sejumlah nama-nama baru muncul memberikan kejutan, tetapi beberapa posisi masih tetap diduduki oleh wajah lama, salah satunya Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan.
Masyita Crystallin, Kepala Ekonom DBS Indonesia mengatakan, penunjukkan kembali Sri Mulyani sangat positif di tengah kondisi global yang masih volatile. Selain itu, penetapan tersebut juga mendapat respon positif dari pasar.
“Tantangan global saat ini sangat berat, pertumbuhan ekonomi dunia sedang melemah, belum lagi diwarnai perang dagang dan beberapa isu geopolitik, semua hal ini dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Selasa (29/10/2019).
Masyita memprediksi Kementerian akan melanjutkan manajemen anggaran yang baik dan melanjutkan reformasi fiskal. Manajemen anggaran yang baik sangat penting dalam kondisi yang volatile, karena anggaran pemerintah diperlukan sebagai stimulus di saat ekonomi sedang melemah (kontra siklus) dan secara bersamaan menjaga defisit agar tetap berada di koridor yang aman.
Kebijakan fiskal yang kontra siklus berarti pada saat perekonomian sedang lemah, stimulus fiskal dapat digunakan untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, dia juga menilai reformasi fiskal akan tetap menjadi prioritas. Hal tersebut memang sangat diperlukan untuk Indonesia karena rasio pajak yang masih kurang dari 12% di bawah rata-rata negara peers.
“Untuk tumbuh lebih tinggi Indonesia membutuhkan rasio pajak setidaknya 15%,” tuturnya.