Bisnis.com, JAKARTA – Bank Dunia mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 di angka 5,1 persen.
Proyeksi tersebut dikeluarkan Bank Dunia dalam laporan Global Economic Prospects: Slow Growth, Policy Challenges yang dirilis pada Kamis (9/1/2020).
Proyeksi pertumbuhan ini tetap sama seperti dalam laporan kuartalan Bank Dunia pada Desember 2019 lalu. Angka ini sedikit dibawah target asumsi makro pemerintah dalam APBN 2020 sebesar 5,3 persen.
Dalam laporan tersebut, Bank Dunia mengemukakan bahwa pertumbuhan Indonesia yang tetap berada di kisaran 5 persen disebabkan oleh perekonomian yang tidak terlalu bergantung pada ekspor bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Konsumsi masyarakat diperkirakan akan stabil serta ditopang oleh kenaikan investasi yang masuk.
“Selain itu, pasar ketenagakerjaan juga diprediksi akan membaik karena sumber daya manusia yang tengah melimpah,” demikian kutipan laporan tersebut.
Secara regional, pertumbuhan di Asia Timur dan Pasifik diprediksi melemah menjadi 5,7 persen pada 2020, mencerminkan perlambatan moderat di China menjadi 5,9 persen pada tahun ini di tengah berlanjutnya hambatan domestik dan eksternal, termasuk dampak dari ketegangan perdagangan.
Adapun pertumbuhan regional yang tidak termasuk China, diperkirakan sedikit pulih ke 4,9 persen. Hal ini dipicu oleh permintaan domestik yang diuntungkan oleh kondisi keuangan yang umumnya mendukung di tengah inflasi rendah, aliran modal yang kuat, serta terus berjalannya proyek infrastruktur publik.
Pertumbuhan regional juga akan mendapat manfaat dari berkurangnya ketidakpastian kebijakan perdagangan global dan pemulihan perdagangan global yang moderat, meskipun masih lemah.
Para ekonom World Bank menyampaikan proyeksi ini bisa berubah menjadi lebih kuat jika kebijakan yang diambil baru-baru ini, terutama yang mengurangi ketegangan perdagangan, mampu meredakan ketidakpastian kebijakan lebih lanjut.
"Namun, risiko penurunan tetap mendominasi, termasuk kemungkinan eskalasi ketegangan perdagangan global, penurunan tajam di ekonomi utama, dan gangguan keuangan di pasar dan ekonomi berkembang," tulis World Bank.