Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan infrastruktur selama 5 tahun periode kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla dinilai mulai berdampak positif pada realisasi investasi.
Pakar Tata Kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai selama 5 tahun kepemimpinan Presiden Jokowi-Jusuf Kalla, pembangunan infrastruktur masif dilakukan untuk meningkatkan konektivitas.
"Lima tahun pertama, jaringan jalan sudah mulai banyak dibangun, bandara banyak dibangun, bagi investor kelengkapan infrastruktur menjadi nilai tambah dalam konteks efisiensi, efektivitas dalam pengembangan investasi," jelasnya kepada Bisnis, Senin (20/4/2020).
Namun, di tengah pandemi Covid-19, perlu dipetakan jenis investasi seperti apa yang masih menarik bagi investor, terutama terkait dengan berhubungan langsung dengan pemanfaatan jaringan infrastruktur khususnya jaringan jalan, pelabuhan, dan bandara yang dianggap jadi salah satu faktor mungkin memudahkan bergeraknya investasi.
Selain itu kelengkapan infrastruktur diperlukan kebijakan-kebijakan yang memberikan kemudahan dalam investasi ke depan. Apalagi setelah pandemi Covid-19. Menurutnya perlu dipelajari, dampak kebijakan relaksasi yang diberikan terhadap minat atau daya tarik investor. "Apakah relaksasi yang diberikan masih jadi daya tarik untuk bersinergi dengan pembangunan infrastruktur yang sudah ada," ujarnya.
Di sisi lain, untuk kawasan atau wilayah yang sudah ada interkoneksi dengan infrastruktur baru tersebut, kebijakan lain seperti mekanisme perizinan perlu juga diperhatikan. Terutama untuk memulihkan investasi yang terpuruk karena pandemi Covid-19 atau ada peluang dari jenis investasi lain.
Baca Juga
"Ada jenis investasi baru yang mungkin sangat terkait dengan pemanfaatan infrastruktur, ada juga kemungkinan recovery yang terpuruk akibat Covid-19. Jadi saya kira coba dipetakan, mudah-mudahan pemanfaatan infrastruktur dari 5 tahun awal Pak Jokowi itu betul-betul ada nilai tambah bagi pengembangan investasi setelah pandemi ini lewat," jelasnya.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan data persebaran wilayah investasi antara Jawa dan di luar Jawa semakin berimbang, salah satunya karena kelengkapan infrastruktur.