Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menengok Cara Exxonmobil, Shell, Chevron, BP dan Repsol, Membaca Kenormalan Baru

Perusahaan migas global mencoba berdamai dan menyesuaikan diri dengan virus corona. Sejumlah rencana dan adaptasi dilakukan perusahaan migas yang juga menanamkan investasinya di Tanah Air.
Pandangan fasilitas Central Processing Facility Exxonmobil Cepu Limited (EMCL) Lapangan Banyu Urip (2016). Bloomberg / Dimas Ardian
Pandangan fasilitas Central Processing Facility Exxonmobil Cepu Limited (EMCL) Lapangan Banyu Urip (2016). Bloomberg / Dimas Ardian

Exxonmobil, perusahaan migas asal Texas, Amerika Serikat ini, belakangan menjadi buah bibir dalam bisnis hulu migas Indonesia. Keberhasilannya menemukan cadangan migas di Lapangan Banyu Urip, menjadikan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ini di urutan teratas produksi minyak Indonesia sebesar 219.641 barel per hari (bph) per 2019.

Sebelumnya, Chevron Pacific Indonesia, sebagai pengelola blok Rokan menjadi KKKS yang memproduksi minyak terbesar di Tanah Air. Saat ini, Chevron memproduksi minyak sebesar 190.003 bph.

Dikutip dari laman Exxonmobil, Chairman and Chief Executive Officer Exxonmobil Darren Woods menyebut kondisi saat ini merupakan situasi yang menantang bagi pihaknya. Dari sisi protokol kesehatan, pihaknya telah menerapkan langkah-langkah penting untuk melindungi kesehatan dan keselamatan para tenaga kerja.

"Kami juga meminta mereka yang dapat bekerja dari rumah untuk melakukannya dalam mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi interaksi sosial pada saat kritis ini," katanya.

Terkait kondisi pasar yang disebabkan Covid-19 dan penurunan harga komoditas, Exxonmobil mengurangi belanja modal jangka pendek dan pengurangan biaya operasional yang signifikan.

Woods mengaku tetap fokus untuk menjadi operator migas dengan berbiaya rendah serta menciptakan nilai jangka panjang bagi pemegang saham.

Melihat bisnis hulu migas di Indonesia, saat ini, Exxonmobil Cepu Limited (EMCL)  merupakan KKKS dengan biaya produksi migas paling rendah Indonesia atau berada di bawah US$10 per barel.

Berdasarkan data SKK Migas, EMCL berhasil mencatat produksi minyak sebesar 200.118 bph per Maret 2020 atau mencatat 100,1 persen target produksi dalam APBN 2020.

"Energi telah disebut mesin ekonomi dan akan sangat penting untuk pemulihan ekonomi. Kami menjaga operasi agar berjalan dengan aman, mengelola risiko dengan serius, dan memberikan produk yang diandalkan orang," tambah Woods.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper