Bisnis.com, JAKARTA - PT Tata Metal Lestari memperluas pasar ekspor produk baja ke Thailand dan Pakistan pada akhir kuartal III/2020.
Adapun, perluasan pasar tersebut membuat volume ekspor baja lapis perseroan mencapai 20.000 ton dalam 6 bulan terakhir.
Vice President Tata Metal Stephanus Koeswandi mengatakan pihaknya baru memulai menjajaki pasar global sejak awal kuartal II/2020 dengan alokasi produksi sekitar 3.000 ton per bulan. Stephanus menyatakan pihaknya telah merencanakan menjajaki pasar global sejak 2014.
"Sejak perusahaan ini belum berdiri kami sudah siapkan standarisasi dan sudah mulai dengan pameran-pameran. Jadi, tidak instan, pemasaran itu butuh proses kan," ujarnya kepada Bisnis, Senin (14/9/2020).
Seperti diketahui, Tata Metal merupakan satu-satunya produsen baja lapis yang masuk ke dalam pasar global dari enam pabrikan baja lapis yang ada di dalam negeri. Indonesia Zinc Aluminium Steel Industry (IZASI) mendata Tata Metal memiliki kapasitas terpasang sebanyak 250.000 ton per tahun atau 15,87 persen dari total kapasitas terpasang nasional.
Stephanus menyampaikan pihaknya memilih untuk mengekspor baja lapis lantaran regulasinya negara tujuan ekspor yang tidak serumit produk hilir. Pasalnya, baja lapis besutan Tata Metal akan dijadikan bahan baku bagi industri baja hilir di negara tujuan ekspor.
Baca Juga
Sementara itu, regulasi yang harus dilalui Tata Metal untuk mengekspor produk hilirnya seperti atap metal dan profil baja hilir cukup sulit. Pasalnya, pabrikan harus menyesuaikan pengaturan mesin produksi sesuai dengan standar produk baja hilir negara tujuan impor.
Stephanus menargetkan pihaknya dapat mendistribusikan 3.000 ton baja lapis setiap bulannya sesuai dengan alokasi produksi. Namun demikian, total volume ekspor baja lapis Tata Metals ke Pakistan dan Thailand hanya mencapai 1.200 ton per September.
Dengan kata lain, realisasi volume ekspor per September anjlok 60 persen secara bulanan. Stephanus menjelaskan merosotnya realisasi ekspor tersebut disebabkan oleh melonjaknya permintaan atap metal dan profil baja ringan pada semester II/2020.
Sebagai pabrikan, Tata Metal menggunakan sekitar 60 persen hasil produksi CRC untuk kembali diolah menjadi atap metal maupun profil baja ringan. Sementara itu, 40 persen lainnya dibagi rata untuk dipasarkan ke industri pengguna lokal dan global.
Sementara itu, produksi atap metal mendominasi produksi hilir perseroan hingga 60 persen. Dengan kata lain, produksi profil baja ringan sejauh ini hanya berkontribusi sekitar 40 persen dari total produksi baja hilir perseroan.
Stephanus berujar utilisasi lini produksi atap metal dan profil baja ringan perseroan hampir mencapai 100 persen karena tingginya permintaan kedua produk tersebut. Adapun, lanjutnya, kedua produk tersebut dipesan untuk berkontribusi dalam proyek konstruksi rumah sakit berskala nasional dan daerah, serta rumah bagi korban bencana alam.
"Saya sempat menolak juga permintaan-permintaan memasok [komponen konstruksi] untuk proyek APBN dan APBD, tapi harus diutamakan [keutuhan] domestik dulu [sebelum pasar ekspor]," katanya.