Bisnis.com, JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menggelar Memorandum of Understanding (MoU) dengan China ENFI Engineering Corporation (ENFI) terkait proyek peleburan tembaga, telah ditandatangani pada Senin (12/4) siang.
BKPM dan ENFI bekerja sama untuk rencana investasi industri smelter tembaga di Fakfak, Papua Barat, yang juga melibatkan dua mitra strategis, PT Freeport Indonesia dan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID).
Acara penandatanganan yang digelar secara daring tersebut dihadiri oleh Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dan President ENFI Liu Cheng, Menteri ESDM Arifin Tasrif, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas, serta Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak.
ENFI merupakan perusahaan milik negara yang berkantor pusat di Beijing, Republik Rakyat China, yang bergerak di bidang penyediaan teknologi smelter, pembangunan industri smelter, khususnya tembaga, nikel, alumunium, dan logam non-besi. ENFI telah menunjuk PT Rasamala Metallurgy Indonesia (RMI) selaku liaison atau perwakilan di Indonesia.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada pemerintah RI atas terlaksananya MoU (nota kesepahaman) antara BKPM dengan ENFI. Pasca-penandatanganan MoU, RMI segera membantu ENFI untuk melakukan preliminary study serta mengimplementasikan proyek kerja sama industri smelter tembaga ini," kata Direktur PT RMI Carlos Kaparang dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Kamis (15/4).
"Investasi ENFI ini menandakan jejak langkah awal positif bagi iklim investasi tambang dan energi di Indonesia," Carlos, menambahkan.
ENFI akan menggelontorkan investasi sebesar 2,3 miliar dolar AS dalam dua tahap, untuk pembangunan smelter di Fakfak ini. Pada Mei 2021, tim teknis ENFI akan mengunjungi Indonesia guna melakukan studI kelayakan (feasibility study) serta membahas secara teknis kelanjutan proyek ini, dengan BKPM, PT Freeport Indonesia, dan MIND ID.
"Kami berharap setelah Lebaran ini tim ENFI dari China dapat langsung meninjau lokasi dan melakukan koordinasi dengan tim teknis dari para mitra strategis yang terlibat dalam proyek peleburan tembaga ini," jelas Carlos.
Dalam sambutannya usai penandatanganan nota kesepahaman pada awal pekan ini, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan apresiasi atas minat investasi China ENFI di industri smelter tembaga di Tanah Air. Bahlil juga berharap kesepakatan ini segera ditindaklanjuti, guna menciptakan kerja sama yang saling menguntungkan.
“Setelah nota kesepahaman ini ditandatangani, saya minta kita tidak lama-lama proses implementasi. Nanti urusan perizinan dan insentif fiskal, BKPM yang akan bantu, selama proposal dari China ENFI adalah yang terbaik dan menguntungkan Freeport, China ENFI, dan Indonesia," ujar Bahlil, dikutip dari siaran pers BKPM.
Di sisi lain, selain proyek peleburan tembaga ini, RMI juga mendukung kebijakan peningkatan nilai tambah mineral dalam negeri, sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, dengan menciptakan industri hilir baru.
"Upaya kami untuk menciptakan downstream atau industri hilir baru, selagi proyek smelter ini dibangun, bertujuan untuk memperkuat serta memberikan nilai tambah tembaga, lapangan kerja, serta keseimbangan antara perusahaan dengan pemerintah," demikian Carlos.