Bisnis.com, JAKARTA—Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sorik Marapi Unit II 45 megawatt di Mandailing Natal, Sumatra Utara, berpotensi menghemat keuangan PT PLN (Persero) hingga Rp100 miliar per tahun.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana.
Dadan menuturkan, penghematan tersebut dapat tercapai lantaran harga beli listrik dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Sorik Marapi Unit II cukup kompetitif, yakni sebesar US$8,1 sen per kWh.
Angka itu lebih rendah dari biaya pokok penyediaan (BPP) pembangkitan Provinsi Sumatra Utara yang sebesar US$10,8 sen per kWh.
“Tarif jual beli listrik US$8,1 sen per kWh dan dengan BPP Provinsi Sumatra Utara US$10,8 sen per kWh, maka ini akan terjadi penghematan kurang lebih Rp100 miliar ke PLN,” ujar Dadan dalam peresmian COD PLTP Sorik Marapi Unit II secara virtual, Rabu (28/7/2021).
Menurutnya, adanya penghematan keuangan PLN dan negara ini menunjukkan bahwa PLTP merupakan energi bersih yang sudah kompetitif.
Adapun, PLTP Sorik Marapi Unit II resmi mencapai tahap commercial operation date (COD) pada Rabu (28/7/2021) setelah sebelumnya sempat tertunda akibat insiden dugaan paparan gas hidrogen sulfida (H2S) pada awal tahun ini.
PLTP Sorik Marapi dioperasikan oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (PT SMGP). Sesuai perjanjian jual beli listrik (PPA) dengan PLN yang ditandatangani pada Agustus 2014, PLTP Sorik Marapi akan dikembangkan hingga 5 unit dengan total kapasitas 240 megawatt (MW).
