Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Negara Afrika Butuh Suntikan Investasi Rp4 Kuadriliun untuk Hadapi Perubahan Iklim

Sejumlah negara di Afrika membutuhkan suntikan investasi jumbo setelah dilanda topan dan kekeringan. Di saat yang sama, populasi terus tumbuh membuat strategi tata kota menjadi sulit.
Maasai Mara (Masai Mara) terletak di barat daya Kenya dan merupakan salah satu Suaka Margasatwa Terbesar di Afrika. /www.maasaimara.com
Maasai Mara (Masai Mara) terletak di barat daya Kenya dan merupakan salah satu Suaka Margasatwa Terbesar di Afrika. /www.maasaimara.com

Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah studi menunjukkan bahwa Afrika Selatan, Kenya, dan Ethiopia membutuhkan investasi setidaknya US$280 miliar untuk menghadapi dampak perubahan iklim hingga 2050.

Dilansir Bloomberg pada Senin (27/9/2021), Koalisi untuk Transisi Perkotaan menyebutkan Afrika adalah benua urbanisasi tercepat dan juga menjadi yang paling terpukul oleh pemanasan global.

“Pembangunan perkotaan di Afrika akan menghadapi risiko biofisi yang belum pernah terjadi sebelumnya," seperti dikutip dari laporan.

Laporan tersebut menyebutkan Afrika Selatan akan membutuhkan US$215 miliar investasi di kota-kotanya, Kenya US$27 miliar dan Ethiopia US$42 miliar.

Meskipun jumlahnya besar, investasi di 35 pusat kota yang memiliki lebih dari 250.000 penduduk masing-masing akan menghasilkan manfaat US$1,1 triliun, dengan Johannesburg menyumbang US$260 miliar dan Nairobi US$100 miliar.

Tiga pilar yang menjadi penting untuk membangun perkotaan yang rendah karbon dan tahan iklim adalah pertumbuhan kota yang solid, infrastruktur yang terhubung, dan teknologi yang bersih.

Dalam beberapa tahun terakhir, topan yang luar biasa kuat telah melanda pantai tenggara benua itu, kekeringan di Afrika bagian selatan, dan banjir serta tanah longsor telah melanda Horn of Africa. Cape Town, kota terbesar kedua di Afrika Selatan, hampir kehabisan air pada 2018.

Pada saat yang sama, populasi di perkotaan Afrika naik 20 kali lipat pada periode 1950 - 2015 menjadi sekitara 567 juta jiwa. Hal ini menjadikan strategi tata kota yang efisien dan inklusif sangat sulit diwujudkan. Bahkan, ada prediksi bahwa populasi melonjak menjadi 950 juta jiwa di perkotaan hingga 2050.

Triliunan dolar investasi akan dibutuhkan di seluruh benua, kata kelompok itu. Namun, akan ada hambatan untuk meningkatkan modal seperti kelayakan kredit yang lemah dan mekanisme pengumpulan pendapatan yang tidak efisien.

“Memobilisasi keuangan dalam skala besar akan mengharuskan reformasi kerangka peraturan dan keuangan serta kebijakan dengan cepat untuk membuka investasi di kota-kota.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper