Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia memperoleh untung dari pembelian mesin produksi pupuk berbahan baku batu bara dan sejumlah kesepakatan lain dengan perusahaan Zimbabwe. Kerja sama ini menghasilkan nilai kesepakatan sebesar US$3,5 juta atau setara Rp53,9 miliar.
Kolaborasi bisnis antara perusahaan Indonesia, PT Saputra Global Harvest dan Future Fert (Pvt) Ltd asal Zimbabwe ini diteken melalui penandatanganan kesepakatan di sela-sela ajang Indonesia Africa-Forum (IAF) 2024.
Duta Besar Indonesia untuk Harare Zimbabwe, Dewa Made Juniarta Satrawan mengatakan, pembelian mesin tersebut belum termasuk kebutuhan aktivator produksi yang nantinya akan berkelanjutan.
"Kalau yang ini sekitar US$3,5 juta. Baru pertama saja. Tapi nanti kan membeli aktifatornya. Itu untuk program mungkin sebulannya bisa mencapai sekitar US$3-4 juta untuk seterusnya," kata Dewa kepada Bisnis, dikutip Kamis (5/9/2024).
Dewa menerangkan bahwa pembelian mesin ini merupakan yang kedua kali oleh perusahaan tersebut. Namun, mesin terbaru ini lebih efisien untuk produksi sebanyak 5 ton pupuk per jam.
Kerja sama ini mencakup tiga aspek mulai dari transfer teknologi mesin hingga teknisi, instalasi aktivator mesin produk pupuk dari batu bara, hingga pembangunan pabrik di Zimbabwe.
Baca Juga
Dia menerangkan bahwa pengolahan bekas batu bara menjadi pupuk ini membutuhkan aktivator sebagai komponen untuk membuat tanaman dan tanah dapat kembali subur.
"Bagusnya lagi dari alat ini adalah ini kan menggunakan batu bara. Yang mana batu bara itu dikembalikan ke bumi. Jadi dia tidak mengotori bumi. Tidak mengotori udara dan membantu food security di Afrika," ujarnya.
Dewa juga menerangkan bahwa teknologi tersebut tidak hanya akan dibawa ke Zimbabwe saja. Mesin-mesin dan produk pupuk ini akan dikenalkan ke negara sekitarnya, seperti Zambia, Botswana, Malawi, Namibia, dan Mozambik.
"Nanti dibikin hub di Zimbabwe. Jadi kerja sama ini akan menjadi kerja sama yang akan seperti itu perusahaan kita dari Saputra Global Harvest ini menggunakan Zimbabwe sebagai hub dengan partnernya perusahaan dari Zimbabwe ini untuk penetrasi ke negara-negara lainnya," jelasnya.