Bisnis.com, JAKARTA - Harga gas di Eropa melonjak hingga 60 persen dalam 2 hari terakhir sebagai dampak dari biaya energi yang tinggi. Alhasil, Uni Eropa mulai memberikan peringatan.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (6/10/2021), harga gas berjangka Jerman dan Inggris terus merangkak menciptakan rekor baru saat harga listrik menguat. Kekhawatiran munculnya tekanan inflasi dan perlambatan ekonomi terus menghantui.
“Ini seperti tekanan singkat klasik bagi saya. Saya memprediksi kita akan melihat para trader bakal bangkrutdan melikuidasi posisi mereka," kata Ronald Smith, analis senior BCS Global Markets, Rabu (6/10/2021).
Pasar gas dan batu bara global semakin ketat ketika musim panas dimulai di belahan bumi utara. Sementara itu, udara dingin akan dimulai di Eropa pada pekan depan. Namun, pasokan gas di Eropa kian terbatas. Prancis dan Spanyol telah menyerukan Uni Eropa untuk mengambil tindakan darurat untuk meredam meroketnya harga gas.
Komisioner Eropa bidang energi Kadri Simson telah berjanji untuk merevisi aturan pasar pada akhir tahun untuk menghindari biaya yang semakin tinggi yang menghambat pemulihan ekonomi.
“Kejutan harga ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Ini menyakiti rakyat kita dan pada khususnya rumah tangga, dan melemahkan persaingan serta menekan inflasi," kata Simson pada debat Parlemen Eropa.
Harga gas Belanda sebulan ke depan melonjak sebanyak 40 persen ke rekor 162,125 euro per megawatt-hour setelah ditutup naik 20 persen sehari sebelumnya.
Harga juga diperdagangkan mencapai 131,10 euro pada siang di Amsterdam. Setara dengan Inggris yang naik sebanyak 39 persen, mencapai 407,82 pound sterling per term yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebelum turun kembali ke 335,81 pence.
“Ini konyol. Hampir tidak mungkin untuk membenarkan atau memenuhi syarat bagaimana dan mengapa harga bergerak begitu cepat dan sangat tinggi,” kata Tom Marzec-Manser, analis ICIS.