Bisnis.com, JAKARTA – Pengamat menilai ritel modern format besar masih memiliki peluang untuk terlepas dari tekanan yang dihadapi dalam 2 tahun terakhir, karena imbas pandemi. Pelaku usaha harus memulai inovasi dan menyesuaikan layanan sesuai kebutuhan konsumen.
“Semua format, termasuk format besar, punya kesempatan untuk tumbuh. Namun sekali lagi, format besar harus evolusi mengikuti demand konsumen,” kata Pengamat ritel sekaligus Staf Ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo, Selasa (9/11/2021).
Dia mengatakan, permintaan konsumen setidaknya mencakup sejumlah aspek, yakni kenyamanan (convenient), memberikan pengalaman (experiential), layanan cepat, dan yang memberikan pengalaman rekreasi, wisata kuliner, dan pembelajaran.
Dengan ukuran luas yang besar, Yongky menyebut, ritel format hypermarket dan department store sejatinya bisa mengakomodasi permintaan tersebut. Namun, dia menilai, para pemain lama cenderung tak mengikuti perkembangan.
“Para pemain lama terkungkung dalam kotak dan tidak berubah. Toko hanya seperti kotak besar penuh barang dan perang harga. Tidak mengikuti zaman dan demand konsumen,” katanya.
Melihat prospek ritel 2022 yang cukup positif, Yongky mengatakan, pelaku usaha ritel format besar harus segera membenahi layanan yang cenderung belum berkembang.
Dia menyebut, peritel bisa memulai dengan menyediakan layanan kasir yang memadai demi mengantisipasi besarnya volume belanja. “Belanja di ritel hypermarket cenderung dengan troli besar dan proses check out barang bisa lama, padahal konsumen tidak mau antre lama.”
Pelaku usaha juga bisa mulai mendiversifikasi layanan di dalam toko, misalnya dengan mengadakan festival produk yang berpotensi menarik minat.
Selain itu, adopsi model integrasi restoran dan toko seperti yang dilakukan IKEA dan AEON dinilai Yongky juga memberi pengalaman berbelanja tersendiri bagi konsumen.
“Ganti look tempat makan, seperti kantin di hypermarket dengan restoran kelas kafe. Harus ada makanan yang menjadi signature dari ritel tersebut, sehingga dikejar pengunjung,” katanya.
Terakhir, lanjut Yongky, peritel harus mulai meninggalkan budaya perang harga dan fokus membangun nilai. Transformasi layanan yang diarahkan ke konsumen modern juga perlu dipertimbangkan agar ritel format besar tidak tertinggal.
Akhir 2021 digadang-gadang sebagai momen peralihan bagi bisnis ritel modern, setelah tertekan selama pembatasan mobilitas. Data Bank Indonesia memperlihatkan indeks keyakinan konsumen (IKK) pada Oktober 2021 mencapai zona optimis 113,4, meningkat dibandingkan dengan 95,5 pada September 2021.
Ritel format besar seperti hypermarket dan department store menjadi salah satu yang paling tertekan. Laporan Nielsen Retail Audit menunjukkan ritel hypermarket dan supermarket tumbuh negatif 10,1 persen, lebih dalam daripada penurunan 2019 sebesar 5,8 persen.
Sementara itu, penurunan kinerja format ini pada kuartal I/2021 mencapai 14,5 persen year-on year.