Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Direktur PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi memperkirakan memperkirakan pandemi Covid-19 akan mempengaruhi jumlah penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung.
Dalam perhitungan proyeksi permintaan yang dilakukan perseroan, Dwiyana menyebutkan pandemi Covid-19 bakal berdampak pada kondisi pengangkutan hingga lima tahun ke depan.
"Perhitungan demand forecast yang terkini menggunakan pendekatan serta asumsi pertumbuhan yang konservatif, terutama di lima tahun pertama masa pengoperasian. Dan tentu kami terus berharap pandemi ini segera usai sehingga mobilitas warga bisa kembali normal."," kata Dwiyana, dikutip dari tempo.co, Minggu (13/2/2022).
Kendati demikian, ia yakin perekonomian bakal membaik dan aktivitas manusia kembali normal sehingga akan berdampak pada peningkatan jumlah penumpang di masa mendatang.
"Walaupun dalam lima tahun pertama pertumbuhan penumpang diasumsikan kecil [konservatif], namun di tahun berikutnya diharapkan akan ada masa mobilitas orang akan membaik seiring dengan menggeliatnya perekonomian kita pasca-Covid-19," kata Dwiyana.
Lebih jauh, ia memaparkan hasil riset Polar UI pada 2021 mengenai potensi penumpang dari kereta cepat. Hasil riset itu memprediksi 30.000 penumpang harian yang dapat diangkut kereta cepat tersebut.
Baca Juga
Meski begitu, perkiraan jumlah penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut masih lebih rendah dari riset LAPI ITB yang sempat merilis angka pengguna 61.000 penumpang per hari.
"Penurunan permintaan ini terjadi karena riset Polar UI didasari pada kondisi pandemi Covid-19 dan dampak turunan lainnya yang berimbas pada turunnya mobilitas warga," ucap Dwiyana.
Ia juga optimistis pemindahan ibu kota negara atau IKN ke Kalimantan Timur tak akan mengurangi potensi jumlah penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung.
Pasalnya, kata Dwiyana, jumlah penumpang kereta bakal tetap besar dengan Jakarta yang masih akan menjadi pusat ekonomi, bisnis, dan perdagangan. "Jakarta masih tetap menjadi kota perdagangan utama dan akan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitarnya," tuturnya.
Tak hanya itu, menurut Dwiyana, kereta cepat ini akan melalui daerah industri yang sedang tumbuh di sepanjang jalur Jakarta-Bandung sehingga Jakarta bakal tetap ramai dikunjungi masyarakat.
Soal nasib kereta cepat Jakarta-Bandung usai IKN pindah sebelumnya dipersoalkan Wakil Ketua Komisi V DPR, Syarif Abdullah Alkadrie. Ia khawatir proyek jumbo ini berujung sia-sia lantaran sepi penumpang.
“Dengan perpindahan IKN, ini akan mengurangi kesibukan transportasi yang begitu rupa. Ini harus diperhitungkan,” ujar Syarif dalam rapat Komisi V bersama PT Kereta Cepat Indonesia-Cina, Senin, 7 Februari 2022.
Syarif meminta pemerintah mengkaji ulang pembangunan proyek kereta cepat. Apalagi, modal pembangunan sepur cepat tersebut dilaporkan membengkak Rp 27 triliun menjadi Rp 113,9 triliun.
Proyek jumbo yang kini konstruksinya telah mencapai 79,9 persen itu, Syarif menduga, akan terus membebani APBN di tengah fokus pemerintah memindahkan ibu kota.
Musababnya berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2021, pemerintah memutuskan agar kereta cepat dapat memperoleh pendanaan dari suntikan APBN melalui penyertaan modal negara (PMN).