Bisnis.com, JAKARTA — Konsensus ekonom memproyeksikan terjadi kenaikan inflasi secara moderat pada Juni 2025, baik secara bulanan maupun tahunan.
Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Juni 2025 pada Selasa (1/7/2025) esok.
Berdasarkan 10 ekonom yang datanya dihimpun Bloomberg, median atau nilai tengah IHK pada Juni 2025 diperkirakan inflasi sebesar 0,12% secara bulanan (month on month/MoM). Nilai tersebut naik dibandingkan realisasi deflasi sebesar 0,37% MoM pada bulan sebelumnya atau Mei 2025.
Adapun estimasi tertinggi diberikan oleh ekonom Citigroup Securities Indonesia Helmi Arman sebesar 0,30%. Sementara estimasi terendah disampaikan oleh ekonom KB Valbury Sekuritas sebesar -0,35%
Sementara secara tahunan (year on year/YoY), 22 ekonom memproyeksikan nilai median IHK pada Juni 2025 berada di zona inflasi sebesar 1,8%. Nilai tersebut juga naik dibandingkan realisasi inflasi sebesar 1,6% (YoY) pada Mei 2025.
Estimasi tertinggi terpantau berada di angka 2,2% yang dikeluarkan oleh ING Group NV. Sementara estimasi terendah di angka 1,01% oleh ekonom Barclays Bank PLC Brian Tan.
Baca Juga
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede sendiri memperkirakan inflasi bulanan Juni 2025 diprediksi naik tipis sebesar 0,08%, berbalik dari deflasi 0,37% MoM pada bulan sebelumnya.
"Faktor utama penyebab kenaikan moderat ini berasal dari tekanan harga pangan yang kembali meningkat setelah mengalami penurunan pada bulan sebelumnya," ujar Josua, dikutip pada Senin (30/6/2025).
Dia memproyeksikan inflasi kelompok harga bergejolak (volatile food) meningkat, terutama disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditas pangan, seperti bawang merah, beras, dan cabai rawit.
Menurutnya, harga bawang merah meningkat karena gangguan produksi akibat kondisi tanah yang basah dan lembab serta serangan hama pasca musim hujan yang berdampak pada pasokan.
Di sisi lain, inflasi harga diatur pemerintah (administered prices) diprediksi akan mencatat deflasi, mengikuti turunnya harga BBM non-subsidi sesuai keputusan pemerintah.
"Secara kumulatif dari Januari hingga Juni 2025, inflasi diperkirakan mencapai sekitar 1,27% year to date. Dalam basis tahunan, laju inflasi Juni 2025 diperkirakan mencapai 1,77% YoY naik dari posisi Mei 2025 sebesar 1,60% YoY," jelasnya.
Josua menjelaskan inflasi inti tahunan relatif stabil, diproyeksikan sebesar 2,42% (YoY), dibandingkan 2,40% (YoY) pada bulan sebelumnya. Dia menilai stabilnya inflasi inti ini didukung oleh membaiknya kondisi global, terutama meredanya ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran serta tercapainya kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan China.
Faktor itu, sambungnya, membantu menjaga kestabilan harga emas dunia dan domestik serta memberikan ruang apresiasi ringan pada nilai tukar rupiah.
Ke depan, Josua meyakini pendukung stabilitas inflasi di antaranya meredanya dampak imported inflation seiring menurunnya risiko ketegangan perdagangan global yang sebelumnya dikhawatirkan mendorong depresiasi rupiah dan kenaikan harga barang impor.
Selain itu, kesepakatan perdagangan AS-China berhasil menurunkan risiko perang dagang sehingga aliran modal asing masuk lebih optimal dan turut menjaga stabilitas nilai tukar. Dia melanjutkan bahwa turunnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga turut membantu mengendalikan harga minyak dunia, yang sebelumnya sempat mengancam stabilitas inflasi domestik.
"Dengan kondisi ini, kami memperkirakan inflasi Indonesia hingga akhir 2025 akan berada di sekitar 2,33%, sedikit meningkat dari level akhir tahun 2024 sebesar 1,57%," katanya.