Bisnis.com, JAKARTA - Penggodokan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk rantai pendingin atau cold chain memasuki tahap akhir dan diperkirakan selesai pada Mei-Juni 2022.
Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni mengatakan penyusunan SNI lebih dahulu ditujukan untuk reefer container atau peti kemas pendingin. Selanjutnya, penyesuaian ke produk cash freezer diharapkan akan lebih mudah.
"Yang perlu diatur itu sistem pengirimannya, karena ada beberapa pemain besar, empat sampai lima pemain yang masih memanfaatkan dry logistic," kata Yasni kepada Bisnis, Rabu (9/3/2022).
Sedangkan, standar pengiriman berpendingin mensyaratkan infrastruktur yang lebih lengkap untuk kontrol suhu di setiap titik bongkar muat. Misalnya, temperatur pendingin diharuskan berkisar -20 hingga -5 derajat Celcius. Jika pada pengguna akhir, temperatur naik hingga 0 derajat Celcius, maka kualitas produk menjadi tidak terjamin.
Yasni melanjutkan, penyusunan SNI sudah melalui konsensus sejumlah kementerian dan lembaga, seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Perhubungan, dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan diadopsi dari Jepang.
"Dalam waktu dekat ini, Mei atau Juni sudah selesai, tinggal nanti pemerintah membuat sertifikasi jasa pengirimannya," lanjut Yasni.
Baca Juga
Penyusunan SNI juga sebagai salah satu elemen pendukung produksi reefer container di dalam negeri yang diproyeksikan dimulai pada tahun ini. Bekerja sama dengan PT Industri Kereta Api (Inka), ARPI menargetkan produksi reefer container sebanyak 100 unit dengan nilai investasi per unit masing-masing Rp250 juta.
Adapun, produksi instalasi cold chain ditargetkan dapat mencapai 150.000 ton tahun ini, naik dari capaian 2021 sebesar 109.000 ton. Yasni mengatakan realisasi tahun lalu meleset dari target awal 120.000 ton dan hanya membukukan pertumbuhan 9 persen.
Pada 2019 atau sebelum pandemi, produksi instalasi rantai pendingin mencapai 190.000 ton dan terpangkas hampir setengahnya menjadi hanya 98.000 ton pada 2020.
Optimisme pertumbuhan produksi pada tahun ini sudah tampak di tiga bulan pertama 2022, dimana kontrak instalasi sudah mencapai 40.000 ton.