Bisnis.com, JAKARTA – Invasi Rusia dan Ukraina telah menyebabkan Rusia dijatuhi berbagai sanksi oleh negara-negara Barat, termasuk sanksi pembatasan ekspor komoditas energi. Akibatnya, harga minyak dunia terus mengalami fluktuasi.
Harga minyak mentah dunia hari ini, Minggu (20/03/2022) anjlok lebih dari 4 persen sepanjang pekan ini karena investor masih melakukan aksi jual bersih setelah pada awal Maret lalu harganya melesat cukup tinggi.
Harga minyak kontrak Brent ambruk 4,21 persen dibanding posisi penutupan pekan lalu ke level US$ 107,93/barel. Sementara itu, untuk minyak kontrak West Texas Intermediate (WTI) turun 4,23 persen ke US$ 104,7/barel pekan ini.
Selama dua pekan terakhir harga minyak mentah acuan dunia anjlok, meski harganya masih di atas level psikologis US$ 100/barel.
Akan tetapi, secara harian, harga minyak mentah pada pekan ini masih cenderung berfluktuasi. Pada perdagangan Senin hingga Rabu pekan ini, harga minyak terkoreksi cukup parah. Sebaliknya, pada Kamis dan Jumat, harganya kembali melonjak.
Adapun pada awal bulan ini, harga minyak sempat melonjak ke level tertinggi barunya karena investor merespons dari sanksi negara Barat terhadap Rusia terhadap kebijakan ekspor minyak mentah. Ketidakpastian harga minyak dipicu oleh masalah tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
“Keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin menginvasi Ukraina menyebabkan ketidakpastian dan lonjakan harga minyak. Semua orang dapat melihat dampaknya pada kenaikan harga bensin yang segera datang. Putin dapat memeras Barat dengan menahan perekonomian Barat sebagai tebusan. Untuk itu, kami memerlukan kemandirian [energi]," papar Johnson, dilansir dari Channel News Asia, Kamis (16/03/2022).
Selaku produsen minyak mentah kedua terbesar di dunia, minyak mentah dari Rusia telah menjadi konsumsi dari negara-negara besar dunia. Alhasil, dampak dari embargo tersebut akan memicu kekhawatiran berkurangnya cadangan minyak mentah.