Standard Chartered juga optimis tentang perekonomian Indonesia, dan meningkatkan perkiraan pertumbuhan PDB negara di tahun 2022 menjadi 5,1% dari sebelumnya 4,8%, dan mempertahankan perkiraan pertumbuhan di tahun 2023 di tingkat 5,1%.
“Permintaan yang melambung setelah pandemi, dan terisolasinya daya beli konsumen Indonesia terhadap guncangan harga energi di tingkat global, diperkirakan akan menopang pertumbuhan pada paruh kedua tahun ini,” tutur Aldian Taloputra, Senior Economist, Standard Chartered Bank Indonesia.
Menurutnya, Standard Chartered juga mengharapkan pemulihan yang lebih meluas di semester kedua – khususnya dalam di sektor perdagangan, transportasi, manufaktur, dan jasa – seiring dengan membaiknya mobilitas dan aktivitas ekonomi.
"Harga komoditas kemungkinan akan tetap tinggi di semester kedua. Hal ini tidak hanya berdampak positif bagi perekonomian Indonesia (khususnya industri pertambangan dan pengolahan komoditas), tetapi juga seharusnya memberikan ruang kebijakan untuk mendukung pertumbuhan melalui pendapatan fiskal yang lebih tinggi dan mengurangi dampak ketidakseimbangan eksternal, yang berujung pada Rupiah yang lebih stabil,” ujarnya.
Aldian juga meyakini bahwa Bank Indonesia akan bersifat lebih moderat dalam mengelola suku bunga bank sentral, dan memproyeksikan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin baik pada periode Q3-2022 maupun Q1-2023, sebelum menaikkannya menjadi 4,0% pada akhir tahun 2023.
“Pasar mengharapkan adanya kenaikan 125 basis poin pada akhir tahun 2023. Proyeksi kami yang berada di bawah konsensus mencerminkan pandangan kami bahwa inflasi akan tetap terkendali di tengah meningkatnya subsidi, momentum kenaikan Fed akan melambat di periode Q4 karena risiko pertumbuhan AS meningkat, dan Rupiah akan tetap relatif stabil, didukung oleh adanya keseimbangan eksternal,”
Baca Juga
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan RI Luky Alfirman mengatakan, untuk melanjutkan pemulihan ekonomi perlu adanya kebijakan fiskal di tahun 2023 akan difokuskan pada ‘Peningkatan Produktivitas untuk Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan.
“Dalam hal ini, pemerintah akan melaksanakan reformasi fiskal yang holistik melalui mobilisasi penerimaan untuk memperluas ruang fiskal, secara konsisten memperkuat efisiensi dan efektivitas belanja, dan terus mendorong pengembangan pembiayaan yang kreatif dan inovatif,” jelas Luky.
Di sisi lain, Cluster CEO Indonesia & ASEAN Markets (Australia, Brunei & the Philippines) Standard Chartered Andrew Chia mengatakan bahwa pihaknya berharap peningkatan prospek pertumbuhan serta sentimen bisnis di Indonesia akan membantu memacu investasi yang kuat selama semester kedua tahun ini.
Pada acara ini, Andrew juga menegaskan kembali komitmen Standard Chartered terhadap inisiatif keberlanjutan, dan sekaligus melanjutkan pernyataan dari Group CEO Standard Chartered Bank Bill Winters yang disampaikan pada sesi roundtable BG20-G20 baru-baru ini di Bali.
Pada saat itu, Bill yang menyampaikan pentingnya adanya peningkatan kolaborasi antara sektor swasta-publik untuk mencapai transisi Net-Zero.
“Sejalan dengan inisiatif strategis kami untuk Mempercepat Net Zero, banyak diskusi selama pertemuan G20 yang menyoroti bahwa transisi harus dilakukan secara adil. Kami juga terus menggarisbawahi perlunya kemitraan publik-swasta dalam skala yang luar biasa besar untuk memobilisasi keuangan dan menyalurkan dana untuk membiayai proyek transisi berkelanjutan di pasar negara berkembang, di wilayah-wilayah yang membawa dampak yang paling besar. Terkait hal ini, kami berharap dapat melihat seberapa besar komitmen negara-negara di dunia dalam menuju transisi yang adil,” tutup Andrew.