Bisnis.com, JAKARTA-Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa minyak goreng pada bulan Juli memberikan andil deflasi sebesar 0,07 persen (month-to-month/mtm).
Diketahui, minyak goreng mengalami deflasi 3 bulan secara berturut-turut. Namun, secara year on year (yoy) minyak goreng memberikan kontribusi inflasi sebesar Rp 0,29 persen.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan pada Juli 2022, penurunan harga minyak goreng curah tercatat lebih dalam dibanding minyak goreng kemasan.
“Jadi upaya pemerintah dalam menjaga harga di masyarakat ini membuahkan hasil, karena minyak goreng mengalami deflasi secara berturut-turut,” ujar Margo dalam siaran pers virtualnya, Senin (1/8/2022).
Margo melaporkan tingkat inflasi pada Juli 2022 secara tahunan mencapai 4,94 persen (year-on-year/yoy). Sedangkan secara bulanan, BPS mencatat tingkat inflasi pada Juli 2022 mencapai 0,64 persen lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencapai 0,61 persen mtm.
Sementara itu, secara tahun berjalan, tingkat inflasi pada periode tersebut mencapai 3,85 persen mtm.
Baca Juga
Margo menjelaskan, penyumbang utama inflasi Juli secara bulanan lebih disebabkan oleh kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, dan cabai merah.
Sebelumnya, Margo Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa harga minyak goreng meningkat sejak Oktober 2021 hingga Maret 2022. Hal ini terjadi pada minyak goreng curah dan kemasan.
"Dari tabel terlihat harga mulai tinggi Oktober 2021, November 2021, sampai Maret 2022 ini terus naik untuk dua jenis minyak goreng," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Jumat (1/4/2022).