Bisnis.com, JAKARTA - Tidak lama lagi fasilitas di pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang bertambah setelah lancarnya uji coba pengaktifan kembali jalur kereta api menuju pelabuhan terbesar di Jawa Tengah tersebut.
Rencananya, jalur kereta api yang memiliki rute Stasiun Semarang Tawang—Pelabuhan Tanjung Emas sepanjang 2,1 kilometer beroperasi penuh mulai awal 2024. Jalur kereta api itu juga dinilai efisien digunakan mengangkut peti kemas.
Pada awal September 2023, uji coba lintasan rel dengan mengoperasikan Multi Tie Tamper (MTT) yang berfungsi memadatkan ballast landasan jalur kereta api juga sudah sukses digelar. Setelah itu, uji coba pengoperasian lokomotif melalui lintasan rel Stasiun Semarang Tawang menuju Pelabuhan Tanjung Emas dan sebaliknya juga sukses dilaksanakan.
Kesuksesan pengaktifan kembali jalur kereta api itu bakal menambah moda transportasi barang dan peti kemas di pelabuhan internasional (ocean going).
Selama ini, pengangkutan barang dan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang hanya bergantung kepada moda transportasi berbasis jalan raya (trucking). Padahal, throughput kontainer di Pelabuhan Tanjung Emas termasuk sangat padat.
Sepanjang tahun 2021, throughput kontainer di Pelabuhan Tanjung Emas mencapai 796.614 TEUs atau mencatat pertumbuhan 11% dibandingkan dengan periode tahun 2020. Pada tahun 2022, arus bongkar muat Terminal Peti Kemas Semarang Pelabuhan Tanjung Emas sebanyak 690.614 TEUs atau sedikit menurun dibandingkan pencapaian pada tahun 2021.
Baca Juga
Untuk throughput peti kemas Terminal Peti Kemas Semarang sampai dengan Oktober 2023 sudah tercapai 642.007 TEUs, atau turun sedikit dibandingkan dengan periode yang sama 2022 sebanyak 642.642 TEUs.
Akan tetapi, arus peti kemas di Pelabuhan Tanjung Emas berpotensi terus tumbuh seiring dengan peningkatan aktivitas perekonomian di Jawa Tengah. Sejauh ini, Pelabuhan Tanjung Emas dibangun dengan kapasitas di atas 4,4 juta TEUs per tahun dan kapasitas curah kering mencapai 2,2 juta ton per tahun.
Dengan terus bertumbuhnya arus bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang membawa pengaruh peningkatan arus lalu lintas dari dan menuju pelabuhan. Kemacetan lalu lintas dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Emas menjadi pemandangan biasa.
Oleh karena itu, modernisasi pengangkutan Pelabuhan Tanjung Emas sudah sepatutnya dilakukan untuk mendukung perkembangan pelabuhan ocean going di Jawa Tengah itu.
REAKTIVASI JALUR KA
Kita tahu, Pelabuhan Tanjung Emas merupakan pintu gerbang aktivitas logistik daerah Jawa Tengah dan sekitarnya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dan pemangku kepentingan di pelabuhan untuk meningkatkan arus logistik berupa pelaksanaan pengaktifan kembali jalur kereta api menuju Pelabuhan Tanjung Emas.
Program pengaktifan kembali jalur kereta api di Pelabuhan Tanjung Emas sejatinya sudah berjalan sejak lama. Program itu melibatkan pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Bea Cukai Tanjung Emas, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), dan PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Demi mendukung fungsi trade facilitator, Bea Cukai Tanjung Emas mendukung reaktivasi jalur kereta api di Pelabuhan Tanjung Emas karena dengan adanya fasilitas ini diyakini dapat menunjang efisiensi proses logistik.
Para perwakilan stakeholder sepakat bahwa penambahan fasilitas ini akan meningkatkan daya saing Pelabuhan Tanjung Emas dalam perdagangan internasional dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi Jawa Tengah.
Inisiatif perubahan ini dapat menandai langkah besar dalam meningkatkan konektivitas dan efisiensi logistik di Pelabuhan Tanjung Emas dan sekitarnya.
Selama ini, angkutan pelabuhan di Indonesia didominasi pengangkutan berbasis jalan atau trucking. Kondisi itu berbanding lurus dengan data distribusi barang di Indonesia yang mayoritas dilakukan menggunakan trucking.
Data Kementerian Perdagangam Republik Indoneaia baru-baru ini mencatat 90 persen distribusi barang di Tanah Air menggunakan moda truk, sekitar 8 persen menggunakan kapal, sedangkan 1 persen menggunakan kereta api dan kurang dari 1 persen memakai pesawat udara.
Ketimpangan distribusi barang tersebut menyebabkan terjadi inefisiensi logistik yang pada akhirnya memicu biaya mahal dalam angkutan barang.
Khusus dalam mengurangi inefisiensi logistik di Jawa Tengah, peran operator Pelabuhan Tanjung Emas yaitu Pelindo diuji. Dalam pengamatan penulis, peran operator Pelabuhan Tanjung Emas cenderung meningkat dalam program pengaktifan kembali jalur kereta api barang di pelabuhan itu.
Peran tersebut makin meningkat setelah penggabungan empat BUMN pelabuhan yaitu Pelindo I, II, III, dan IV menjadi satu BUMN pelabuhan nasional yaitu PT Pelabuhan Indonesia (Persero).
Setelah proses merger BUMN pelabuhan yang kini berusia lebih dari 2 tahun, akselerasi program penambahan moda angkutan dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Emas berjalan lebih simultan.
Koordinasi di internal operator pelabuhan juga lebih baik lagi daripada sebelum merger keempat BUMN pelabuhan itu. Data Pelindo juga mencatat merger BUMN pelabuhan memberikan manfaat peningkatan penanganan kapal dan barang di pelabuhan.
Ada beberapa tantangan bila pengaktifan kembali jalur kereta api menuju Pelabuhan Tanjung Emas. Pertama, tantangan persaingan tarif kereta barang dengam moda angkutan barang lain. Sampai saat ini, pemilik barang cenderung menggunakan jalur darat dengan truk dibandingkan dengan kereta api. Biaya pengangkutan barang menggunakan kereta api lebih ekonomis untuk jarak 500 kilometer sampai dengan 1.500 kilometer. Untuk jarak di bawah 500 kilometer tetap lebih ekonomis menggunakan truk.
Kedua, pengangkutan barang dengan kereta api juga masih berlaku penanganan ganda (double handling) yang masih membutuhkan pengangkutan lanjutan dengan moda truk untuk sampai ke tujuan.
Sudah seharusnya pemerintah dan pemangku kepentingan angkutan barang mencari jalan keluar atas dua tantangan tersebut.
Solusi untuk menyelesaikam kedua tantangan itu di antaranya merealisasikan penambahan angkutan barang berbasis rel, memperluas jaringan kereta api, meningkatkan kapasitas, serta mengurangi tarif pajak khususnya pajak pertambahan nilai (PPN). Dengan beberapa solusi itu, angkutan barang menggunakan pola intermoda bisa terus berkembang sehingga mampu memangkas biaya logistik nasional. Semoga.