Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Kopi Kerek Inflasi September 2024, Efek 'Perebutan' Kopi secara Global

Faktor cuaca yang menurunkan produksi kopi, lalu permintaan global yang meningkat menyebabkan harga kopi terus naik. Inflasi Indonesia turut terkena imbasnya.
Biji Kopi yang telah disangrai atau roasted coffee. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Biji Kopi yang telah disangrai atau roasted coffee. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa kopi bubuk menjadi salah satu komoditas yang mengerek angka inflasi pada September 2024. Adanya peningkatan permintaan global disebut menjadi salah satu penyebab kenaikan harga kopi.

Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, inflasi Indonesia pada September 2024 mencapai 1,84 % secara tahunan (year on year/YoY). Kopi bubuk dan biaya kuliah menjadi komoditas dominan yang terbesar inflasi.

"Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,16% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,10%. Komoditas yang dominan adalah kopi bubuk dan biaya kuliah akademik atau perguruan tinggi," jelas Amalia dalam konferensi pers di Kantor BPS RI, Jakarta Pusat, Selasa (1/10/2024).

Dia merincikan, mengutip International Coffee Organization, telah terjadi tren kenaikan harga kopi dunia pada September 2024. Menurutnya, ada dua penyebab utama kenaikan harga kopi.

"Antara lain karena perubahan cuaca yang menyebabkan produksi biji kopi menurun tetapi karena juga adanya peningkatan permintaan global," ujar Amalia.

Di samping itu, BPS mencatat lebih banyak terjadi penurunan harga pada September 2024. Amalia mengungkapkan, terjadi deflasi dengan sebesar 0,12% pada September 2024 secara bulanan (month to month/MtM). Artinya, Indonesia mengalami deflasi dalam lima bulan terakhir secara berurut-urut yaitu pada Mei—September 2024.

Dia menjelaskan, deflasi yang terjadi terjadi dalam lima bulan terakhir disumbang oleh penurunan harga komoditas bergejolak. Daging ayam ras, sambungnya, selalu masuk dalam lima besar komoditas utama dalam lima bulan terakhir.

Sementara kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dan kelompok kembali menjadi penyumbang utama deflasi pada September 2024. Kelompok ini telah mengalami deflasi selama enam bulan berurut-urut sejak April 2024.

"Tingkat deflasi September 2024 kelompok makanan, minuman, dan tembakau merupakan deflasi September terdalam dalam 2020—2024 dengan tingkat deflasi 0,59% dan andil deflasi sebesar 0,17%," ujar Amalia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper