Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Veteran Wall Street Sebut The Fed Tak Akan Pangkas Suku Bunga Lagi Tahun Ini

Simak ramalan Veteran Wall Street Ed Yardeni soal The Fed tak akan pangkas suku bunga acuan lagi pada 2024.
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022./REUTERS-Sarah Silbiger
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022./REUTERS-Sarah Silbiger

Bisnis.com, JAKARTA – Veteran Wall Street Ed Yardeni melihat potensi berakhirnya pelonggaran suku bunga Fed Fund Rate (FFR) oleh Federal Reserve (The Fed) pada tahun ini.

Dia mempertimbangkan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang meluncur pada Jumat (4/10/2024) menunjukkan perbaikan. 

Melansir dari Bloomberg, Sabtu (5/10/2024), Yardeni menyampaikan dengan jumlah masyarakat yang semakin banyak bekerja, risiko inflasi dapat muncul jika The Fed mengambil langkah pemangkasan FFR pada sisa tahun ini. Terlebih, harga minyak mengalami rebound dan ekonomi China tengah berusaha naik.  

Keputusan bank sentral pada September lalu untuk menurunkan suku bunga sebesar setengah poin persentase, Yardeni sebut sebagai sebuah langkah yang tidak diperlukan. Menurutnya, langkah tersebut biasanya dilakukan untuk mengatasi resesi atau kejatuhan pasar. 

“Mereka tidak perlu berbuat lebih banyak. Saya berasumsi bahwa beberapa pejabat The Fed menyesal telah melakukan banyak hal,” tulis Yardeni dalam sebuah tanggapan melalui email untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan.

Saham-saham naik pada hari Jumat sementara imbal hasil US Treasury dan dolar AS melonjak setelah data pemerintah menunjukkan peningkatan terbesar dalam penggajian non-pertanian dalam enam bulan terakhir.

Laporan ini juga merevisi naik angka perekrutan untuk dua bulan sebelumnya dan mengindikasikan penurunan tingkat pengangguran.

Yardeni adalah orang terakhir yang mengomentari kebijakan The Fed setelah data pertumbuhan lapangan kerja melampaui semua estimasi. Sebelumnya pada hari Jumat, mantan Menteri Keuangan Larry Summers mengatakan bahwa keputusan bank sentral untuk memangkas suku bunga bulan lalu adalah “sebuah kesalahan.”

Rilis ini juga mendorong para ekonom di Bank of America Corp. dan JPMorgan Chase & Co. untuk memangkas perkiraan mereka untuk penurunan suku bunga The Fed pada bulan November menjadi seperempat poin dari setengah poin, menggemakan pergerakan dalam kontrak swap yang terkait dengan hasil pertemuan The Fed di masa depan. 

Namun, menyebut The Fed untuk berhenti sepenuhnya selama sisa tahun 2024 tidak sesuai dengan konsensus. 

Respons Investor 

Banyak investor menganggap penurunan suku bunga terbaru The Fed sebagai langkah menuju normalisasi kebijakannya di tengah pelonggaran inflasi setelah putaran pengetatan agresif membawa biaya pinjaman patokan ke level tertinggi dalam dua dekade.

Meskipun begitu, ini adalah ide yang sedang dipertimbangkan oleh kepala strategi suku bunga AS di BMO Capital Markets, Ian Lyngen. 

Lyngen sementara ini tetap berpegang pada perkiraannya untuk penurunan seperempat poin di bulan November. Dirinya berpendapat bahwa sejumlah data mengenai ketenagakerjaan dan inflasi akan menentukan arah kebijakan the Fed sebelum pertemuan tanggal 7 November. 

Jika laporan penggajian bulan Oktober cukup kuat dan inflasi terbukti bertahan, para gubernur bank sentral AS kemungkinan akan menahan diri dari penurunan suku bunga untuk saat ini.  

Lyngen melihat, pembaruan ketenagakerjaan menunjukkan bahwa The Fed mungkin akan meninjau kembali kehati-hatian pemotongan pada bulan November. 

“Dalam upaya kami untuk jujur secara intelektual, ada baiknya kita merenungkan sejenak apa yang diperlukan agar The Fed berhenti sejenak bulan depan,” tuturnya. 

Bagi para pengkritik perubahan kebijakan The Fed, pasar bisa dibilang telah memperhitungkan terlalu banyak penurunan suku bunga. Risikonya, menurut Yardeni, adalah pelonggaran tambahan akan memicu euforia investor yang akan menyiapkan panggung untuk sebuah peristiwa pasar yang menyakitkan. 

“Setiap penurunan suku bunga lebih lanjut akan meningkatkan kemungkinan skenario melelehnya pasar saham di tahun 1990-an,” katanya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper