Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Komisi IV DPR Titiek Soeharto menanggapi pertemuan bilateral yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri (PM) India, Narendra Modi, untuk melobi impor beras.
Adapun, pertemuan itu berlangsung pada Senin (18/11/2024) di Rio de Janeiro, Brasil. Di sana, Presiden Prabowo menekankan pentingnya kerja sama di bidang perdagangan, terutama impor beras dari India.
“Kami berharap dapat menyelesaikan kesepakatan impor beras dari India,” kata Presiden Prabowo, dikutip dari Biro Humas Sekretariat Kabinet, Selasa (19/11/2024).
Menanggapi pertemuan itu, Titiek menilai selama impor beras yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi cadangan pangan, maka tidak menjadi permasalahan.
“Selama impornya untuk cadangan, itu enggak apa-apa dan tidak menyusahkan petani. Tidak lagi zamannya panen [raya] terus dia impor, kami setuju-setuju saja [impor beras],” kata Titiek saat ditemui di Kompleks Senayan DPR, Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Namun, jika kesepakatan impor beras itu memberatkan petani di saat panen raya, Titiek dengan tegas tidak menyetujui aksi itu.
Baca Juga
“Tapi kalau impornya nyusahin petani kita pada masa panen utamanya, itu kita nggak setuju [ad a impor beras],” ungkapnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan total impor beras hingga Oktober 2024 mencapai 3,48 juta ton atau senilai US$2,15 miliar. Adapun, impor beras yang masuk dalam catatan BPS merupakan semua jenis beras yang masuk ke Indonesia.
“Secara kumulatif, jumlah impor beras Indonesia sebesar 3,48 juta ton dengan nilai US$2,15 miliar,” ungkap Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jumat (15/11/2024).
Amalia menyampaikan, beras impor yang masuk ke Indonesia didominasi dari Thailand, Vietnam, dan Myanmar. Sayangnya, dia tidak memerinci lebih jauh volume impor beras yang didatangkan Indonesia dari ketiga negara tersebut.
Sebelumnya diberitakan, Direktur Utama Perusahaan Umum (Perum) Bulog Wahyu Suparyono menyampaikan, 700.000 ton beras impor masuk ke Indonesia pada pertengahan Desember 2024. Beras tersebut merupakan sisa dari penugasan 3,6 juta ton impor pada tahun ini.
Hingga Oktober 2024, Wahyu mengungkap sebanyak 2,9 juta ton beras impor telah terealisasi. Pengadaan impor beras tersebut diperoleh Perum Bulog dari sejumlah negara dengan melalui proses tender. Utamanya, dari Kamboja, Myanmar, Pakistan, Thailand, dan Vietnam.
Perinciannya, sepanjang Januari-Oktober 2024, Indonesia paling banyak mendatangkan beras dari Thailand yakni sebanyak 1.041.154.300 kilogram atau 1,04 juta ton. Kemudian, ada Vietnam dengan total sebanyak 1,02 juta ton, diikuti Myanmar 451.468 ton, Pakistan 388.675 ton, dan Kamboja 22.500 ton.