Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Proyeksikan Ekonomi Global Tumbuh 3,1% Tahun Depan, Melambat karena Donald Trump

Kebijakan ekonomi AS di bawah kepemimpinan Donald Trump diperkirakan berpengaruh pada pelemahan pertumbuhan ekonomi global.
Pemenang Pemilu Presiden Amerika Serikat 2024 Donald Trump. / Bloomberg-Jim Vondruska
Pemenang Pemilu Presiden Amerika Serikat 2024 Donald Trump. / Bloomberg-Jim Vondruska

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia memperkirakan bahwa berbagai kebijakan ekonomi dan politik Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump akan menurunkan prospek ekonomi global pada 2025.

Hal tersebut menjadi salah satu poin pembahasan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) periode 19—20 November 2024. Bos-bos bank sentral membahas perkembangan politik Amerika Serikat (AS) karena akan berpengaruh terhadap ekonomi global maupun Tanah Air.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa berdasarkan berbagai asemen, BI menilai kebijakan ekonomi dan politik Trump adalah inward looking. Terdapat peluang Trump menerapkan tarif perdagangan tinggi kepada negara-negara lain.

"[AS akan memberlakukan tarif tinggi] terutama kepada negara-negara yang mengalami surplus besar terhadap AS. China, Uni Eropa, Meksiko, dan sejumlah negara lain, termasuk Vietnam," ujar Perry dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (20/11/2024).

Perry memperkirakan tarif perdagangan tinggi itu akan mulai berlaku pada semester II/2025.

Dia menaksir bahwa AS akan menerapkan tarif 25% kepada Uni Eropa untuk besi alumunium dan kendaraan bermotor. Lalu, Trump juga akan mengenakan tarif 25% kepada China untuk mesin elektronik dan bahan kimia.

BI menyebut pengenaan tarif itu sebagai fragmentasi perdagangan, yang nantinya akan menyebabkan perlambatan ekonomi di negara-negara terkait.

Menurut Perry, China yang selama ini sedang mengalami perlambatan ekonomi kemungkinan akan lebih melambat lagi. Ekonomi kawasan Uni Eropa yang memiliki prospek pertumbuhan pun bisa jadi terganjal lagi.

"Prediksi kami pertumbuhan ekonomi dunia yang mestinya tahun depan bisa naik dari 3,2% kemungkinan bisa turun ke 3,1%," ujar Perry.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper