Bisnis.com, JAKARTA — Pengajuan berulang untuk tunjangan pengangguran di Amerika Serikat naik ke level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun. Hal itu menjadi sinyal bahwa pengangguran membutuhkan waktu lebih lama untuk mendapatkan pekerjaan.
Dilansir dari Bloomberg, berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS), pengajuan lanjutan dari program tunjangan pengangguran tercatat naik menjadi 1,91 juta hingga Sabtu (14/12/2024).
Hal itu merupakan pengajuan klaim dari mereka yang sudah menerima manfaat tunjangan pengangguran tetapi belum kunjung mendapatkan pekerjaan.
Pengajuan berulang atau lanjutan secara bertahap naik pada tahun ini, sejalan dengan data lain yang menunjukkan bahwa pengangguran mengalami kesulitan mencari pekerjaan.
Adapun, pengajuan klaim awal atau mereka yang baru saja menjadi pengangguran turun menjadi 219.000 hingga Sabtu (21/12/2024).
Sebelum disesuaikan dengan faktor musiman, klaim awal naik pada pekan lalu. New Jersey, Connecticut, dan California menjadi negara bagian yang mencatatkan peningkatan klaim terbesar, sementara Florida, New York, dan West Virginia mengalami penurunan terbesar.
Baca Juga
Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan pada pekan lalu bahwa pasar tenaga kerja tetap dalam kondisi solid, meskipun para pembuat kebijakan terus mencermati tanda-tanda kemunduran.
Pasar tenaga kerja sedang mendingin, tetapi tidak dengan cara yang akan menimbulkan kekhawatiran, kata Powell dalam jumpa pers, menyusul keputusan para pembuat kebijakan memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya dalam tiga bulan.
Ekonom Bloomberg Economics Eliza Winger menilai bahwa rendahnya sedikitnya tingkat klaim awal tunjangan pengangguran mencerminkan rendahnya tingkat penerimaan program itu. Penyebabnya, beberapa orang tidak memenuhi syarat atau kurangnya insentif untuk mengajukan permohonan di antara mereka yang sebenarnya memenuhi syarat.
"Lonjakan klaim pengangguran yang berkelanjutan, dengan pekerja yang diberhentikan menghadapi masa pengangguran yang lebih lama, menunjukkan pasar tenaga kerja melambat," ujar Winger, dilansir dari Bloomberg pada Jumat (27/12/2024).