Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom soal Investasi Apple Rp16 Triliun: Harusnya Naik 3 Kali Lipat

Ekonom menilai tawaran investasi Apple sebesar US$1 miliar atau Rp16 triliun di Indonesia masih kurang sebagai syarat pemenuhan TKDN dan izin edar produknya.
Apple Store di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Jeenah Moon
Apple Store di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Jeenah Moon

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Telisa Aulia menilai tawaran investasi Apple sebesar US$1 miliar atau Rp16 triliun di Indonesia masih kurang sebagai syarat pemenuhan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan izin edar produk nya. 

Telisa yang juga merupakan Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengatakan Apple dapat merealisasikan komitmen investasi secara bertahap. 

“Misalnya, fase 1 untuk hardware, fase 2 untuk software, dan fase 3 baru yang high-tech digital atau sudah full fledged. Karenanya, minimal untuk fase 1 ini jangan US$1 miliar, tapi bisa tiga kali lipatnya,” kata Telisa, dikutip Selasa (7/1/2025). 

Menurut Telisa, angka tersebut masih jauh dari kata ideal bagi perusahaan sebesar Apple yang telah meraup penjualan triliunan rupiah di Indonesia. 

Apalagi, dalam neraca perdagangan, smartphone merupakan salah satu komponen yang paling sering menyebabkan defisit. Untuk itu, pembangunan fasilitas produksi atau pabrik menjadi opsi terbaik. 

“Saya mendukung sekali langkah dari Kemenperin. Salah satu share terbesar impor smartphone adalah iPhone. Makanya untuk mengurangi impor, perlu dibuka FDI dan harapannya ada transfer teknologi,” ujarnya.

Dengan membangun pabrik, lapangan kerja bisa terbuka dimulai dari aktivitas perakitan hardware dan berlanjut ke level yang lebih tinggi sembari mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM). 

Namun, dia menyadari untuk memenuhi kebutuhan investasi manufaktur berteknologi tinggi seperti Apple, Kemenperin tidak bisa melangkah sendiri. Upaya peningkatan investasi perlu didukung oleh kepastian hukum, SDM dan talenta digital, serta cybersecurity yang kuat. 

Dalam hal ini, dia juga mengingatkan pemerintah perlu menyiapkan jalan tengah sebagai upaya mendorong TKDN dan kebutuhan Apple di Indonesia. 

Hal ini juga berkaitan dengan rencana Kemenperin untuk menaikkan nilai minimum TKDN ponsel dari 35% menjadi 40%. Dengan melihat kondisi perekonomian dunia yang juga cenderung proteksionis di era Presiden AS terpilih Donald Trump, langkah meningkatkan nilai TKDN dapat membuka lebih banyak lapangan kerja. 

Telisa menyampaikan, agar industri HKT dapat mencapai TKDN sebesar 40%, perlu dukungan dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas talenta digital juga menyiapkan infrastruktur digital. 

“Angka TKDN tersebut masih realistis untuk dicapai oleh dunia usaha. Di era Trump sekarang yang proteksionis, menurut saya kebijakan ini relatif lebih bisa diterima,” pungkas Telisa.

Sebagaimana diketahui, pemerintah Indonesia akan melakukan negosiasi dengan Apple dalam rangka kelanjutan investasi produsen ponsel tersebut di Indonesia. 

Kelanjutan investasi tersebut akan menentukan keluarnya sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk produk-produk Apple dan izin penjualannya di Indonesia.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, pihaknya mendorong Apple untuk menggunakan skema investasi 1 atau pembangunan fasilitas produksi/pabrik. Sebelumnya, hingga tahun 2023, Apple mengambil opsi skema investasi 3, yaitu skema inovasi dengan mendirikan Apple Academy di Indonesia. 

“Pertimbangan kami dalam mendorong Apple untuk mengambil opsi skema pembangunan pabrik adalah agar tercipta lapangan kerja dari investasi tersebut,” ujar Agus di Jakarta, Senin (6/1/2025).

Pihaknya memandang bahwa wacana investasi Apple yang disebutkan sebesar US$ 1 miliar masih belum memenuhi prinsip berkeadilan, dilihat dari empat aspek, yaitu investasi Apple di negara lain, investasi produsen handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT) selain Apple di Indonesia, nilai tambah dan pemasukan bagi Indonesia, serta penyerapan tenaga kerja dalam ekosistem.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper