Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu melaporkan realisasi penerimaan negara dari kepabeanan dan cukai sepanjang 2024 mencapai Rp300,2 triliun.
Anggito memaparkan capaian tersebut tumbuh 4,9% (year on year/YoY) dari realisasi 2023 yang senilai Rp286,3 triliun. Meski demikian, penerimaan dari bea dan cukai tercatat tidak mencapai target awal pemerintah yang senilai Rp321 triliun.
Di antara bea dan cukai, bea keluar menjadi pos penerimaan yang tumbuh signifikan. Pada kuartal IV/2024, tercatat tumbuh hingga 58% (YoY).
"Bea keluar meningkat karena faktor harga CPO dan karena relaksasi kebijakan bea keluar," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (6/1/2025).
Adanya kebijakan relaksasi ekspor dan harga komoditas minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tercatat mendorong bea keluar mencapai Rp93,5 triliun sepanjang kuartal IV/2024.
Selain CPO, pada kuartal-kuartal sebelumnya melalui relaksasi dari kebijakan ekspor mineral dan kelanjutan relaksasi ekspor tembaga mendorong bea keluar tumbuh hingga 20,6% (YoY) pada kuartal III/2024.
Baca Juga
Bea masuk turut tercatat menglaami pertumbuhan positif pada 2024 yang terdorong impor bahan baku/penolong, barang modal, dan barang konsumsi yang masing senilai US$170,02 juta, US$41,09 juta, dan US$22,78 juta.
"Impor sebagian besar didominasi bahan baku dan barang modal. Ini menujukkan kondisi yang sehat dari perekonomian, karena yang diimpor [kebanyakan] bukan barang konsumsi," jelas Anggito.
Sementara penerimaan dari cukai justru terkontraksi 1% pada kuartal IV/2024. Sejalan dengan hal tersebut, sepanjang 2024 tercatat adanya fenomena downtrading atau peningkatan produksi rokok Golongan II dan Golongan III sementara Golongan I yang memiliki tarif cukai tertinggi, produksinya menurun.
Sebagaimana diketahui, pada 1 Januari 2024 lalu terdapat penyesuaian tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 191/2022.
Di mana rokok jenis SKM dan jenis Sigaret Putih Mesin (SPM) tarifnya naik sekitar 12%. Kemudian Sigaret Kretek Tangan (SKT)/Sigaret Putih Tangan (SPT) naik sekitar 3%—5%.
Selian itu, rokok dari jenis Sigaret Kretet Tangan Filter (SKTF)/Sigaret Putih Tangan Filter juga naik sekitar 12%.
Secara umum pun pendapatan negara dari perpajakan yang terdiri dari pajak, bea, dan cukai senilai Rp2.232,7 triliun tersebut tidak mencapai target awal pemerintah yang senilai Rp2.309,9 triliun.
Sementara realisasi kepabeanan dan cukai dapat tumbuh 4,9% (YoY), penerimaan pajak yang senilai Rp1.932,4 triliun (97,2% dari target) hanya tumbuh 3,5% atau lebih lambat dari realisasi 2023 yang tumbuh 8,8%.
Untuk tahun ini atau 2025, pemerintah menargetkan penerimaan kepabeanan dan cukai senilai Rp301,6 triliun atau hanya meningkat tipis dari realisasi 2024.