Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Gabung BRICS, Istana: Jembatan Kepentingan Negara Berkembang dan Maju

Indonesia dinilai dapat berperan sebagai jembatan atau penyeimbang antara negara berkembang dan maju setelah resmi masuk BRICS.
Para pemimpin negara-negara BRICS+ berfoto dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). / Pool via Reuters-Maxim Shipenkov
Para pemimpin negara-negara BRICS+ berfoto dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). / Pool via Reuters-Maxim Shipenkov

Bisnis.com, JAKARTA — Status Indonesia yang resmi bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS dapat membantu upaya mendorong kepentingan negara-negara berkembang di forum multilateral.

Hal tersebut disampaikan oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral Mari Elka Pangestu, sebagai respons atas resminya Indonesia bergabung ke BRICS.

"Saya rasa dari segi melakukan pengimbangan dari forum kita menjadi anggota, BRICS menjadi salah satu pengimbang. Bahwa ada kelompok negara sedang berkembang, tapi kita menjadi anggota di kelompok yang ada negara maju dan berkembang," ujar Mari pada Selasa (7/1/2024).

Menurutnya, sisi positif Indonesia bergabung ke BRICS di antaranya adalah membuat RI dapat menjadi jembatan antara kepentingan negara-negara berkembang di forum-forum multilateral.

"Kita bisa menjadi jembatan antara kepentingan negara sedang berkembang, dan isu-isu yang berkembang di multilateral yang kita anggap ini harus diperjuangkan negara sedang-berkembang," ujarnya.

Mari yang juga Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) menyebut bahwa sejak awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sudah memutuskan Indonesia akan bergabung dengan BRICS. Setelah melewati serangkaian proses, keanggotaan Indonesia pun resmi mulai 1 Januari 2025.

Menurutnya, Indonesia harus mempelajari apa yang sebenarnya negara-negara anggota BRICS inginkan, termasuk aspek manfaat dan risiko dari langkah-langkah yang akan ditempuh.

Misalnya, terdapat keinginan sejumlah negara untuk menggunakan mata uang selain dolar AS dalam transaksi. Lalu, ada pula New Development Bank, menurut Mari Indonesia perlu mempelajarinya dengan cermat.

"Apakah ini akan berkembang menjadi bank yang bisa memberi pendanaan dari segi pembangunan? Ini yang harus kita pelajari dari segi manfaatnya," ujarnya.

Mari juga mengingatkan agar pemerintah menentukan siapa garda terdepan atau pemimpin dalam hal keanggotaan Indonesia BRICS, apakah itu Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), atau gabungan antara Kemenlu, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

"Begitu kita menjadi anggota suatu organisasi sudah pasti harus ada siapa yang bertanggung jawab, di struktur pemerintahan harus ada yang bertanggung jawab. Dari segi anggaran kalau BRICS inibelum ada keharusan memberi iuran misalnya, tetapi suatu hari mungkin bisa saja," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper