Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia terpantau menguat pada Rabu (22/1/2025) seiring dengan upaya Presiden Donald Trump untuk meningkatkan investasi dalam kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang meningkatkan prospek perusahaan teknologi di kawasan tersebut.
Mengutip Bloomberg, beberapa bursa di Asia yang terpantau menguat di antaranya adalah Jepang dengan indeks Topix yang naik 0,77% ke 2.734,80.
Saham di Tokyo mengalami kenaikan paling tinggi di kawasan Asia setelah Trump mengumumkan dorongan investasi baru untuk kecerdasan buatan yang dipimpin oleh Softbank Group Corp., OpenAI LLC, dan Oracle Corp. dari Jepang.
Selanjutnya, indeks Kospi Korea Selatan juga menguat 0,7% ke 2.535,75, sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,36% ke level 8.432,70.
Kemudian, indeks Straits Times STI Singapura tercatat naik 0,11% ke level 3.799,66, sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia juga menguat 0,15% ke level 7.181,82.
Money Manager for Asian Equities Di Robeco Vicki Chi mengatakan rantai pasokan teknologi Asia berada dalam kondisi sangat baik dan dorongan AI yang diperbarui akan terus mendukung saham-saham ini.
"Kami telah melihat beberapa perkembangan yang ada di balik layar dalam hal penggunaan AI untuk meningkatkan produktivitas di sisi korporat, tetapi tahun ini, semakin banyak kita akan melihat konsumen merasakan perubahan saat AI hadir," katanya.
Meski ekspektasi bahwa pemerintahan AS yang baru akan mencabut pembatasan pada bisnis telah mendukung sentimen risiko, pertanyaan utama di benak investor Asia adalah tindakan Trump terhadap tarif China.
Setelah menyelamatkan China dari rentetan perintah eksekutifnya di hari pertama, presiden AS membuat para pedagang gelisah lagi dengan mengatakan bahwa dia sedang mempertimbangkan pungutan 10% terhadap China sebagai balasan atas aliran fentanil dari negara tersebut.
“Aset berisiko akan diuntungkan oleh deregulasi dan tarif yang muncul tidak seburuk yang dikhawatirkan. Untuk suku bunga, tarif yang tidak terlalu memberatkan dan kemungkinan harga minyak yang lebih rendah akan menjadi hal yang positif," kata Mohit Kumar di Jefferies International Ltd.
Imbal hasil obligasi Treasury AS sepuluh tahun naik dua basis poin setelah turun lima basis poin pada sesi sebelumnya. Pengukur dolar Bloomberg turun kurang dari 0,1%.