Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fitch Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia BBB Outlook Stabil, Ini Alasannya

Pendapatan negara yang masih rendah, posisi PDB per kapita, hingga tata kelola menjadi faktor-faktor yang memengaruhi peringkat kredit Indonesia.
Logo Fitch Ratings. / dok Istimewa.
Logo Fitch Ratings. / dok Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pemeringkat Fitch Ratings kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 11 Maret 2025.

Fitch menyampaikan bahwa keputusan ini mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia jangka menengah yang baik serta rasio utang pemerintah terhadap PDB yang rendah. 

Per akhir 2024, rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar 39,7% dengan posisi outstanding utang di angka Rp8.801,09 triliun. Sementara pada Januari 2025, posisi utang naik ke level Rp8.909,14 triliun dengan rasio yang lebih rendah, yakni 39,6%. 

Fitch juga melihat adanya sejumlah tantangan khususnya terkait pendapatan pemerintah yang masih rendah, beberapa indikator struktural termasuk PDB per kapita serta indikator tata kelola yang relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain pada peringkat BBB (peers).

Ke depan, Fitch menilai Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia berpotensi meningkat apabila terdapat perbaikan signifikan pada aspek struktural, peningkatan pendapatan pemerintah, dan peningkatan ketahanan eksternal yang ditandai antara lain dengan peningkatan cadangan devisa secara berkelanjutan atau penurunan kerentanan ekonomi Indonesia terhadap gejolak harga komoditas.

Pada laporannya, Fitch memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5% pada 2025 terutama didukung oleh permintaan domestik yang kuat, serta dukungan belanja publik untuk bantuan sosial dan proyek infrastruktur.

Investasi swasta juga akan tetap kuat didorong oleh pelonggaran kebijakan moneter yang moderat, serta berkurangnya ketidakpastian kebijakan pasca pemilu tahun 2024, dan aktivitas hilirisasi yang berlanjut.

Pada sisi eksternal, Fitch memproyeksikan bahwa defisit transaksi berjalan akan melebar sebesar 1,3% pada 2025 seiring dengan pelemahan permintaan global, meningkatnya proteksionisme perdagangan, dan penurunan harga komoditas, yang berdampak pada penurunan surplus perdagangan.

Sementara itu pada sisi inflasi, Fitch memperkirakan bahwa inflasi tahun 2025 akan tetap terjaga pada kisaran 2,5±1% dan mendukung stabilitas makroekonomi.

Fitch memproyeksikan bahwa kehati-hatian fiskal masih akan terus berlanjut dengan defisit fiskal sebesar 2,5% pada tahun 2025. 

Di sisi lain, Fitch juga menilai bahwa dampak dari efisiensi anggaran dan realokasi kepada program antara lain untuk makan bergizi gratis masih perlu ditinjau lebih lanjut.

Pada sisi utang pemerintah, Fitch memperkirakan bahwa utang pemerintah masih akan mengalami tren yang menurun pada kisaran 39,1% PDB pada 2028 dari sebesar 40,4% pada 2025.

Respons Bank Indonesia

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan capaian satu tingkat di atas level terendah investment grade tersebut menunjukkan keyakinan dunia internasional terhadap stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga.

“Didukung oleh permintaan domestik yang kuat, dukungan belanja publik, investasi swasta yang solid dan program hilirisasi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (11/3/2025).

Peringkat BBB dengan outlook stabil tersebut pun dipertahankan di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Turut didukung oleh kredibilitas kebijakan dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara pemerintah dan Bank Indonesia. 

Perry menekankan, ke depannya BI akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan keuangan.

“Termasuk mempererat sinergi kebijakan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan [KSSK] untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, serta terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sejalan dengan program Asta Cita,” tuturnya.

Ke depan, Bank Indonesia terus berkomitmen memperkuat efektivitas kebijakan moneter guna menjaga inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, dengan tetap mendukung upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk meningkatkan sinergi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk menjaga stabilitas inflasi volatile food.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper