Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia kini mampu memproduksi 70 ton emas batangan per tahun.
Adapun, produksi emas itu berasal dari smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara. Dia memerinci, PTFI di Gresik, Jawa Timur mampu menghasilkan 50 ton hingga 60 ton emas batangan per tahun.
Sementara itu, Amman di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) mampu memproduksi logam mulia itu sebanyak 18 ton hingga 20 ton per tahun.
"Jadi overall setiap tahun insyallah dua pabrik kita dari Gresik dan dari Amman itu bisa mencapai 60-70 ton emas per tahun di Republik Indonesia," kata Bahlil dalam acara peresmian fasilitas pemurnian emas atau precious metal refinery (PMR) milik PTFI di Gresik, Senin (17/3/2025).
Adapun, produksi emas batangan PTFI tak lepas dari fasilitas PMR di Gresik yang baru saja diresmikan. Bahlil mengatakan, total biaya pembangunan fasilitas PMR yang menempati lahan 100 hektare di KEK Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) ini sekitar US$630 juta atau sekitar Rp10 triliun.
"Khusus smelter emasnya ini investasinya sebesar US$630 juta atau setara dengan Rp10 triliun," kata Bahlil.
Baca Juga
PMR PTFI itu telah memproduksi emas perdananya pada 30 Desember 2024 dengan kemurnian 99,99%, berdimensi 115,9 mm x 52,9 mm x 8,6 mm, seberat 1 kg.
Saat ini, seluruh produksi emas batangan Freeport diserap oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Freeport dan Antam resmi melakukan penandatanganan perjanjian jual beli emas pada Kamis (7/11/2024). Berdasarkan kesepakatan tersebut, nantinya Antam akan menyerap sebesar 30 ton emas per tahun dari smelter Freeport.
Freeport mengirim perdana emas batangan dari ke Antam di Pulogadung Jakarta pada Rabu (12/2/2025). Adapun, jumlah pengiriman perdana ini sebanyak 125 kg senilai Rp207 miliar dengan kadar kemurnian 99,99%.
Adapun, fasilitas PMR terintegrasi dengan smelter tembaga Freeport. Smelter tembaga dengan design single line terbesar di dunia ini mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas input 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton-700.000 ton per tahun.
Produk sampingan dari pengolahan konsentrat tembaga berupa lumpur anoda akan diolah di fasilitas PMR menjadi emas, perak dan turunan logam mulia lainnya.