Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah melalui BPI Danantara akan mendorong perusahaan pelat merah untuk berinvestasi di Amerika Serikat (AS). Perusahaan itu tak terkecuali PT Pertamina (persero).
Langkah itu akan diambil sebagai salah satu upaya negosiasi tarif impor timbal balik (resiprokal) yang diterapkan Presiden AS Donald Trump kepada Indonesia sebesar 32%. Sebagai bentuk keseriusan, delegasi Indonesia akan terbang ke AS untuk melakukan negosiasi pada 16—23 April 2025.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu menambahkan salah satu sektor strategis yang ingin dimasuki perusahaan Indonesia di AS yaitu minyak dan gas bumi (migas). Apalagi, sambungnya, anak perusahaan Pertamina pernah berinvestasi di AS.
"Kita harapkan harus pakai BUMN kita lah. Artinya dengan adanya Danantara kan sebenarnya strategik itu, baik kita berinvestasi dalam negeri maupun di luar negeri, kan bisa jauh lebih fleksibel," jelas Todotua dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (14/4/2025).
Merespons rencana itu, VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, pihaknya masih menunggu arahan detil dari pemerintah. Kendati, dia memastikan bahwa perusahaan siap untuk berinvestasi di Negeri Paman Sam.
"Kami menunggu arahan pemerintah. Pertamina membuka peluang kerja sama atau investasi dengan mitra, termasuk perusahaan AS untuk keuntungan kedua belah pihak," kata Fadjar.
Baca Juga
Menurutnya, sektor yang potensial dikembangkan di AS adalah bidang hulu migas.
"Potensi dengan AS ada di bidang hulu migas," katanya.
Setali tiga uang, Pelaksana Harian (Plh) Dirjen Migas Tri Winarno mengatakan, sektor yang potensial untuk investasi Pertamina di AS adalah di sisi hulu migas. Namun, hal ini masih dalam perundingan.
Menurut Tri, rencana investasi yang akan diambil harus menyesuaikan dengan kemampuan Pertamina.
"[Investasi potensial] di hulu. Cuma belum, kan sekarang ini masih perundingan. Belum fix lah, masih finalisasi," kata Tri di Kantor Kementerian ESDM.
Kendati, dia mengakui bahwa salah satu yang diincar adalah untuk proyek Pikka, salah satu prospek minyak terbesar di Alaska garapan Santos dan Repsol. Apalagi, proyek ini juga pernah diminati oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE).
Pada pertengahan tahun lalu, santer soal minat PHE untuk menghimpit hak partisipasi minoritas di proyek Pikka.
"Iya. Kalau memang arahnya ke sana [Alaska] arahnya," kata Tri.
Peluang Pertamina
Founder dan Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto berpendapat wacana pemerintah itu cukup baik demi melakukan negosiasi dagang dengan AS. Menurutnya, sektor migas, baik hulu dan hilir jelas potensial.
Dia menuturkan, hulu migas AS, khususnya pengembangan dan produksi shale oil-shale gas itu para pemainnya banyak dari perusahaan Amerika kelas independen. Perusahaan AS itu secara skala ukuran korporasi sebenarnya jauh di bawah Pertamina.
"Pertamina sebenarnya sangat berpeluang untuk bisa akuisisi itu di lapangan-lapangan atau proyek yang sudah masuk tahap eksploitasi produksi," ucap Pri Agung.
Dia juga menilai langkah investasi di AS, sejatinya akan sangat mendukung ekspansi Pertamina di kancah global. Selain itu, langkah itu juga akan mendukung lifting migas dan ketahanan energi nasional.
Tak hanya itu, hasil produksi migasnya bisa dibawa ke Tanah Air. Kendati, Pri Agung pun mengingatkan pemerintah dan Pertamina untuk melakukan kajian lebih dalam lagi.
"Perlu kajian segera dan proses due diligence untuk investasi," kata Pri Agung.