Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing hingga melakukan diversifikasi pasar kelapa sawit Indonesia. Hal ini seiring dengan adanya kebijakan tarif timbal balik alias tarif resiprokal dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Staf Ahli Bidang Konektivitas dan Pengembangan Jasa Kemenko Bidang Perekonomian Dida Gardera mengatakan, pemerintah harus tetap mengantisipasi potensi semakin tingginya ketidakpastian global pada tahun ini.
“Kita perlu tetap waspada dan mengantisipasi potensi semakin tingginya ketidakpastian global di tahun 2025, khususnya menghadapi kebijakan proteksionisme negara-negara maju, antara lain yang baru-baru ini adalah kebijakan tarif Trump,” kata Dida dalam Diskusi Publik bertajuk Peluang Standardisasi Keberlanjutan Industri Kelapa Sawit di Asean: Strategi Bisnis dan HAM Menghadapi Perang Dagang di Arya Duta Menteng, Jakarta, Rabu (30/4/2025).
Meski demikian, Dida menuturkan, pemerintah terus berupaya untuk melakukan perbaikan tata kelola kelapa sawit Indonesia, meningkatkan daya saing hingga melakukan diversifikasi pasar.
“Pemerintah telah mendorong upaya kolektif dari berbagai pihak untuk meningkatkan penerimaan kelapa sawit Indonesia melalui diplomasi di berbagai forum internasional, serta melakukan kerja sama dengan organisasi multilateral,” ujarnya.
Di samping itu, Dida menyampaikan pemerintah terus berupaya untuk mendorong terwujudnya pengelolaan komoditas kelapa sawit yang berkelanjutan. Terlebih, ungkap dia, komoditas ini menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional dan daerah.
Baca Juga
Dia menjelaskan, pertumbuhan industri kelapa sawit nasional telah memberikan jutaan lapangan juga bagi masyarakat, terutama di sentra produksi kelapa sawit.
Selain itu, dia menuturkan, kelapa sawit juga memberikan sumbangan cukup besar dalam perolehan devisa menjadi penggerak perekonomian di wilayah penghasil kelapa sawit, membangun kemajuan perdesaan, dan mengurai tingkat kemiskinan.
Lebih lanjut, Dida juga menyebut, neraca komoditas kelapa sawit masih relatif cukup baik dengan kinerja yang mencapai US$35,49 miliar dengan volume sekitar 46 juta ton.
Hingga Maret 2025, kata Dida, volume ekspor kelapa sawit telah mencapai 8,9 juta ton atau sekitar 20% dari total volume ekspor 2024. Menurutnya, angka menunjukkan sawit Indonesia masih mampu menghadirkan optimisme sebagai salah satu penggerak motor perekonomian.