Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebab Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I/2025 Melambat: Konsumsi hingga Belanja Negara Lesu

Seluruh komponen pengeluaran mengalami perlambatan, sehingga pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 hanya 4,87%.
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (26/6/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (26/6/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik mencatat kinerja belanja pemerintah menjadi salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada kuartal I/2025 menjadi 4,87%, dari 5,02% pada kuartal sebelumnya. 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan bahwa tren ekonomi awal tahun memang selalu lebih lambat dari periode sebelumnya. 

“Pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 ini sejalan dengan pola yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, di setiap kuartal pertama selalu lebih rendah dari kuartal empat tahun sebelumnya,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (5/5/2025). 

Tercermin dari melambatnya seluruh komponen pengeluaran pada kuartal I/2025. Baik itu konsumsi rumah tangga, investasi, hingga konsumsi pemerintah yang kontraksi dan berkontribusi negatif.

Secara umum, ekonomi Indonesia berdasarkan besaran produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2025 atas dasar harga berlaku (ADHB) adalah Rp5.665,9 triliun dan atas dasar harga konstan (ADHK) adalah Rp3.624,5 triliun. 

Bila dibandingkan dengan kuartal IV/2024 atau secara kuartalan, ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 0,98%.

Secara historis, pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 ini menjadih yang terendah sejak kuartal III/2021. Kala itu ekonomi hanya tumbuh 3,53% (YoY).

Sederet Penyebab Ekonomi Melambat pada kuartal I/2025:

Konsumsi Pemerintah Melambat

Amalia menjelaskan secara perinci, bahwa konsumsi pemerintah terkontraksi sebesar 1,38% (YoY), lebih rendah dari kuartal IV/2024 yang sebesar 4,17% bahkan dari kuartal I/2024 yang sebesar 19,9%. 

Adanya belanja pemerintah yang cukup besar pada awal tahun lalu lebih disebabkan karena adanya Pemilu. Berbeda dengan tahun ini yang bersifat normal alias tak ada momen lima tahunan tersebut. 

“Tahun lalu ada pemilu, tahun ini tidak ada pemilu, itu salah satunya [penyebab kontraksi],” ujarnya. 

Alhasil, konsumsi pemerintah ini memberikan efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,08%. Berbeda dengan kuartal I/2024, dengan pertumbuhan mencapai 5,11% (YoY), konsumsi pemerintah menyumbang 1,09%.

Amalia juga buka suara soal dampak efisiensi anggaran ke pertumbuhan ekonomi, karena adanya belanja yang tertahan. Menurutnya, efisiensi atau realokasi anggaran itu membuat belanja tidak terjadi pada kuartal I/2025 tetapi akan tetap terealisasi.

"Tentunya nanti ada realokasi anggaran yang dampaknya kelihatannya nanti akan direalisasikan pada kuartal II/2025 dan seterusnya, karena kuartal I/2025 masih ada proses administrasi untuk direalokasi menjadi kegiatan pemerintah atau kegiatan ekonomi lainnya," ujar Amalia.

Konsumsi Rumah Tangga Lesu

Selain konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga juga menunjukkan perlambatan ke level 4,89% pada kuartal I/2025. Lebih rendah dari 4,98% pada kuartal sebelumnnya. 

Alhasil, konsumsi rumah tangga yang menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi ini hanya memberikan kontribusi 2,61% terhadap pertumbuhan 4,87%. Kuartal sebelumnya, kontribusi mencapai 2,62%. 

Data Ekonomi Tak Mencerminkan Efek Lebaran

Sekalipun terdapat momen Ramadan maupun Idulfitri pada kuartal pertama tahun ini, Amalia menyatakan bahwa sebagian hari libur Lebaran jatuh pada April alias kuartal II/2025. 

Alhasil, efek Idulfitri/Lebaran tidak tercermin pada kuartal I/2025. 

“Lebaran 2025 sebagian besar masuk kuartal kedua, sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal pertama relatif kecil,” ujarnya.

Kinerja Industri Melambat

Meski mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,55% pada kuartal I/2025, tetapi industri pengolahan tersebut melambat dari pertumbuhan 4,89% (kuartal IV/2024). 

Amalia mengamini pertumbuhan industri tidak setinggi tahun lalu, tetapi sejumlah subkomponen tetap tumbuh tinggi. 

Misalnya, industri logam dasar yang tumbuh 14,47%, sejalan dengan peningkatan permintaan luar negeri khususnya untuk komoditas besi dan baja. 

Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 6,95% pada kuartal I/2025 yang didorong oleh peningkatan permintaan domestik pada momen Ramadan dan Idulfitri, serta peningkatan ekspor.

Ekonomi kuartal I/2025 berdasarkan lapangan usaha. / dok BPS
Ekonomi kuartal I/2025 berdasarkan lapangan usaha. / dok BPS


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper