Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengumuman Suku Bunga The Fed Mei 2025, Powell Melawan Hegemoni Trump?

The Fed diperkirakan kembali menahan suku bunga acuan dan mengecewakan Presiden AS Donald Trump yang ingin kebijakan moneter segera diperlonggar.
Aprianto Cahyo Nugroho,Lorenzo Anugrah Mahardhika
Rabu, 7 Mei 2025 | 10:30
Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (18/12/2024). / Reuters-Kevin Lamarque
Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (18/12/2024). / Reuters-Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu (7/5/2025).

Langkah ini berpotensi mengecewakan Gedung Putih dan pihak-pihak yang mendesak kejelasan arah kebijakan moneter AS, termasuk Presiden Donald Trump.

Melansir Bloomberg, para pejabat The Fed dalam berbagai pernyataan publik menekankan bahwa meskipun ketidakpastian ekonomi meningkat, posisi kebijakan moneter saat ini masih memadai untuk menyeimbangkan tujuan, yakni menjaga stabilitas harga dan mendukung pasar kerja.

Keputusan suku bunga akan diumumkan pukul 14.00 waktu setempat dan dilanjutkan dengan konferensi pers Ketua The Fed Jerome Powell setengah jam kemudian.

Para investor akan mencermati apakah Powell akan kembali menyampaikan bahwa The Fed tidak terburu-buru dalam mengubah suku bunga.

Saat ini, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga pertama terjadi pada pertemuan 29–30 Juli, diikuti dua hingga tiga penurunan lagi sebelum akhir tahun. Adapun survei Bloomberg menunjukkan konsensus ekonom memperkirakan dua pemangkasan dimulai September.

Dalam pernyataan setelah pertemuan, The Fed diperkirakan mempertahankan kisaran suku bunga Federal Fund Rate (FFR) 4,25%-4,5%, serta menekankan risiko terhadap dua sisi mandat mereka.

Namun, frasa yang menyebut pertumbuhan ekonomi "masih solid" kemungkinan dihapus karena data PDB kuartal pertama menunjukkan kontraksi akibat lonjakan impor.

Secara keseluruhan, impor melonjak 4,4% menjadi US$419,0 miliar, dengan impor barang naik 5,4% menjadi US$346,8 miliar para Maret 2025. Sementara itu, ekspor naik tipis 0,2% menjadi US$278,5 miliar, level tertinggi sepanjang masa.

Lonjakan impor membuat defisit neraca perdagangan AS melebar 14% ke rekor tertinggi baru sebesar US$140,5 miliar, seiring perusahaan-perusahaan berlomba mengimpor barang sebelum tarif besar diberlakukan Presiden Donald Trump.

Menurut analis Bloomberg Economics, The Fed kemungkinan akan memperkuat pesan tentang pentingnya stabilitas harga, merespons kekhawatiran beberapa pejabat bahwa ekspektasi inflasi mulai longgar. Hal ini didukung oleh data ketenagakerjaan yang masih kuat.

Dengan minimnya perubahan dalam pernyataan resmi dan tanpa proyeksi ekonomi baru, perhatian pasar akan tertuju pada penjelasan Powell dalam konferensi pers, terutama mengenai kapan dan dalam kondisi apa pemangkasan suku bunga akan dipertimbangkan.

Kepala Ekonom KPMG Diane Swonk menyebut pengalaman inflasi tinggi pasca-pandemi dan di era 1970-an masih membekas dalam pendekatan The Fed, dan memengaruhi respons mereka terhadap guncangan pasokan akibat tarif.

Powell sebelumnya menegaskan bahwa bank sentral harus memastikan kenaikan harga yang bersifat sementara tidak berubah menjadi inflasi struktural. Dengan inflasi inti saat ini di level 2,6%—masih di atas target 2%—ruang untuk pelonggaran tetap terbatas.

Powell juga hampir pasti akan menghadapi pertanyaan mengenai tekanan politik dari Presiden Trump, termasuk kritik personal dan ancaman pemecatan yang belakangan dibantah sang presiden.

Tekanan dari Trump

Jika The Fed kembali menahan suku bunga, bank sentral AS ini diperkirakan semakin menghadapi tekanan dari Trump, yang berulang kali mendesak agar Powell segera memangkas suku bunga.

Tekanan Trump terhadap The Fed seringkali disertai dengan pernyataan yang mengancam, seperti unggahan media sosial pada akhir April lalu bahwa pemberhentian Powell sebagai ketua The Fed tidak bisa datang cukup cepat dan sindiran yang lebih pribadi, seperti menyebut Powell sebagai "pecundang besar." 

Ancaman tersebut membuat pasar keuangan ketakutan karena menganggap independensi The Fed sangat penting untuk mendukung kredibilitasnya sebagai bank sentral paling berpengaruh di dunia dan landasan stabilitas keuangan global.

Namun, meski Trump tampaknya telah mengesampingkan ancaman tersebut untuk saat ini, kritiknya terhadap kebijakan suku bunga Fed tetap sama tajamnya.

"Kami pikir ini saat yang tepat untuk menurunkan suku bunga, dan kami ingin melihat ketua kami datang lebih awal atau tepat waktu, bukannya terlambat," kata Trump.

Namun ancaman ini kembali ditepis oleh Trump sendiri, yang menyatakan tidak akan mencopot Powell sebelum masa jabatannya berakhir pada Mei 2026.

Dalam wawancara dengan Meet the Press with Kristen Welker di NBC News yang ditayangkan pada Minggu (4/5/2025) waktu setempat, Trump memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga pada suatu saat.

"Ya, dia seharusnya menurunkannya. Dan pada suatu saat, ia akan melakukannya. Ia lebih suka tidak melakukannya karena ia bukan penggemar saya. Anda tahu, ia tidak menyukai saya karena saya pikir ia sangat kaku," katanya dalam wawancara tersebut dikutip dari Reuters, Senin (5/5/2025).

Adapun, Trump juga menyangkal dengan keras ketika ditanya apakah dia akan mencopot Powell sebelum masa jabatannya sebagai ketua berakhir pada 2026 mendatang.

"Tidak, tidak, tidak. Itu sangat – mengapa saya harus melakukan itu? Saya akan mengganti orang tersebut dalam waktu yang singkat," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper