Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PS5 Laku Keras, Sony Tetap Tekor Rp11,4 Triliun akibat Tarif Trump

Tarif resiprokal AS menjadi batu sandungan bagi Sony Group Corp. untuk memaksimalkan perolehan laba.
Konsol gim PlayStation 5 (PS5) Pro dari Sony Consol Group yang dipamerkan di Tokyo Game Show di Chiba, Jepang, pada Kamis (26/9/2024). / Bloomberg-Kiyoshi Ota
Konsol gim PlayStation 5 (PS5) Pro dari Sony Consol Group yang dipamerkan di Tokyo Game Show di Chiba, Jepang, pada Kamis (26/9/2024). / Bloomberg-Kiyoshi Ota

Bisnis.com, JAKARTA — Sony Group Corp. mengungkap bahwa tarif resiprokal Amerika Serikat atau tarif Trump memberikan dampak sebesar 100 miliar yen dan menghapus ekspektasi peningkatan laba.

Berdasarkan asumsi kurs Bank Indonesia per 9 Mei 2025 yakni Rp113,87 per 1 yen, dampak tarif Trump bagi Sony sebesar 100 miliar yen setara dengan Rp11,38 triliun.

Dilansir dari Bloomberg, Sony mengumumkan dampak tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap bisnisnya itu pada Rabu (14/5/2025). Dampak itu diukur dari bisnis grup sepanjang kuartal I/2025.

Sony kemudian memproyeksikan laba menjadi 1,28 triliun ten atau setara Rp145,7 triliun. Sayangnya, tanpa tekanan tarif Trump pun proyeksi Sony tidak mencapai rata-rata proyeksi para analis sebesar 1,5 triliun yen atau Rp170,8 triliun.

Prospek baru itu muncul bersamaan dengan pengumuman pembelian kembali (buyback) saham Sony senilai 250 miliar yen atau setara Rp28,46 triliun. Sony berencana untuk mencatatkan operasi keuangan tersebut pada 29 September 2025.

Selama tiga bulan pertama tahun ini, Sony melaporkan laba operasi yang lebih baik dari perkiraan, yakni 203,7 miliar yen atau setara Rp23,19 triliun.

Sony berhasil menjual 18,5 juta konsol PlayStation 5 (PS5) hingga Maret 2025, menyusul 20,8 juta penjualan pada tahun sebelumnya.

Tugas pertama Kepala Eksekutif Sony yang baru, Hiroki Totoki, adalah menavigasi grup hiburan melalui era baru AS yang menerapkan tarif resiprokal. Amerika Serikat merupakan salah satu pasar utama penjualan PlayStation 5, yang sebagian besar diproduksi di China.

Sony menaikkan harga konsol di Eropa, Australia, dan Selandia Baru bulan lalu, meninggalkan pertanyaan tentang kemungkinan kenaikan harga di AS jika tarif impor berlaku konstan.

Harga yang lebih tinggi akan memperlambat momentum penjualan konsol berusia lima tahun itu, terutama karena bersaing dengan saingannya Nintendo Co., Switch 2, yang diluncurkan pada Juni 2025.

Penundaan gim Grand Theft Auto VI dari Rockstar Games Inc. yang sangat ditunggu-tunggu juga membebani penjualan PlayStation saat ini.

"Penundaan GTA VI merupakan pukulan telak bagi PS5. Ini seharusnya menjadi produk yang membuat banyak konsumen beralih dari PS4 ke PS5," ujar kepala eksekutif perusahaan riset hiburan digital DFC Intelligence, David Cole.

Operasional Sony lainnya juga sedang dikepung. Prospek sensor gambar, yang digunakan di telepon pintar oleh semua orang mulai dari Apple Inc. hingga Xiaomi Corp., tidak jelas, dengan tarif yang berlaku untuk smartphone di AS.

Presiden AS Donald Trump telah menyarankan tarif juga dapat dikenakan pada film yang dibuat di luar AS, sama seperti Sony yang mempromosikan film animasi Jepang seperti serial Demon Slayer di luar negeri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper